Kekurangan gizi hingga kini masih menjadi masalah besar, termasuk Indonesia. Golongan yang paling rentan terhadap kekurangan gizi adalah ibu hamil. Kecenderungan semakin tingginya angka Kekurangan Energi Protein (KEP) pada ibu hamil akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian ibu serta ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Pada kehamilan, selain terjadi perubahan fisiologis juga disertai perubahan psikologis. Psikologis memegang peranan yang penting dalam timbulnya hiperemesis seperti Beberapa dampak lain dari terjadinya kondisi hiperemesis gravidarum pada wanita hamil yaitu dapat terjadi perdarahan berupa bercak padaotak, perdarahan sub endokardial pada jantung, pucat-degenerasi pada tubuli kontorti ginjal dan kemungkinan adanya hepar pada tingkat ringan. Penanganan yang dapat dilakukan pada kondisi tersebut salah satunya dengan cara memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dan pengaturan makanan (diet) yang tepat dengan maksud menghilangkan rasa takut dan menghilangkan faktor psikis.
Diet Kehamilan
a. Tujuan Diet
Tujuan diet adalah untuk:
1). Mengganti persedian glikogen tubuh untuk mengontrol asidosis.
2). Secara
berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
b. Syarat diet
Syarat-syarat diet hiperemesis adalah:
1). Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total.
2). Lemak
rendah, yaitu <>
3). Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
4). Makanan
diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan
pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.
5). Makanan
mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan sering dalam porsi
kecil.
6). Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan
selingan malam.
7). Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
c. Macam
diet dan indikasi pemberian
Ada tiga macam diet hiperemesis, yaitu diet hiperemesis I, II, dan III
1). Diet hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan heperemesis berat,
makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar
atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1-2
jam sesudahnya semua zat gizi pda makanan ini kurang kecuali vitamin C,
sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
2). Diet hiperemesis II
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan
muntah sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan
makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali
kebutuhan energi.
3). Diet hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan pada pasien dengan
hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman
boleh diberikan bersama makanan, makanan ini cukup energi dan semua zat gizi.
a. Makanan yang dianjurkan
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah
sebagai berikut:
Ø Roti panggang, biskuit,
crackers.
Ø Buah segar, sari buah.
Ø Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh,
dan kopi encer.
b. Makanan tidak yang dianjurkan
Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah
makanan yang merangsang saluran cerna dan berbumbu tajam, bahan makanan yang
mengandung alkohol, kopi, dan yang mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna,
dan bahan penyedap).
Etiologi
Penyebab eklampsi dan pre eklampsi:
a. Sebab
bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
mola hidatidosa.
b. Sebab
bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan
c. Sebab dapat
terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
d. Sebab
jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan – kehamilan berikutnya
e. Sebab timbulnya
hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
Patofisiologi
Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan
meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi
vaskular sistemik systemic vascular resistance (SVR), peningkatan curah
jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid (kotak 21-1). Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi
hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke
unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi
organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen
maternal menurun. Vasopasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala
yang menyertai preeklampsia. Vasopasme merupakan akibat peningkatan
sensitivitas terhadap tekanan darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan
suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostagladin dan tromboksan A2.
Peneliti telah menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor prostagladin) untuk
mengubah patofisiologi preeklampsia dengan mengganggu produksi tromboksan.
Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam
mencegah preeklampsia dan rasio untung-rugi pada ibu dan janin. Peneliti lain
sedang mempelajari pemakaian suplemen kalsium untuk mencegah hipertensi pada
kehamilan.
Selain kerusakan endotelil, vasospsme arterial turut menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih
lanjut menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami
preeklampsia mudah menderita edema paru. Preeklampsia ialah suatu keadaan
hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinurea merupakan akibat
hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungsi di
ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif,
tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas
untuk preeklampsia. Hubungan sistem imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa
faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia.
keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respons
imunologis lanjut..
Pencegahan
Untuk mencegah kejadian Pre
eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan:
a. Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak.
Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi
pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan
tambahan satu butir telur setiap hari.
b. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja
seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring
kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan
antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang
ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
a) Pemeriksaan
tekanan darah atau kenaikannya
b) Pemeriksaan
tinggi fundus uteri
c) Pemeriksaan
kenaikan berat badan atau edema
d) Pemeriksaan
protein dalam urin
e) Kalau mungkin
dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan
pemeriksaan retina mata.
2) Penilaian
kondisi janin dalam rahim.
a) Pemantauan
tinggi fundus uteri
b) Pemeriksaan
janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban
Penanganan
bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan
kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan
dengan trauma minimal. Pre-eklampsi dan eklampsi tidak memberikan respon
terhadap diuretik (obat untuk membuang kelebihan cairan) dan diet rendah garam.
Penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi garam dalam jumlah normal dan minum air
lebih banyak. sangat penting untuk menjalani tirah baring. Penderita juga
dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar
di dalam perut yang membawa darah ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi
lebih lancar. Untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah kejang, bisa
diberikan magnesium sulfat intravena (melalui pembuluh darah). Jika
pre-eklamsinya bersifat ringan, penderita cukup menjalani tirah baring di
rumah, tetapi harus memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari. Jika perbaikan
tidak segera terjadi, biasanya penderita harus dirawat dan jika kelainan ini
terus berlanjut, maka persalinan dilakukan sesegera mungkin. Penderita
pre-eklamsi berat dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring.
a) Lebih banyak
istirahat baring penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri
sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke
jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar.
b) Segera datang
memeriksakan diri, bila tedapat gejala sakit kepala, mata kabur, edema mendadak
atau berat badan naik. Pernafasan emakin sesak, nyeri pada epigastrium,
kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-berkurang, pengeluaran urin
berkurang.
4) Jadwal
pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk
penderita perlu memperhatikan hal berikut:
a) Bila tekanan
darah 140/90 mmHg atau lebih
b) Protein dalam
urin 1 plus atau lebih
c) Kenaikan berat
badan ½ kg atau lebih dalam seminggu
d) Edema bertambah
dengan mendadak
e) Terdapat gejala
dan keluhan subjektif.
Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan
140-150/90-100 mmHg, tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat
jalan dan anjurkan memeriksakan diri tiap minggu. Kurangi dosis obat hingga
tercapai dosis optimal. Bila tekanan darah sukar dikendalikan, berikan
kombinasi obat. Tekanan darah tidak boleh lebih dari 120/80 mmHg. Tunggu
pengakhiran kehamilan sampai 40 minggu, kecuali terdapat pertumbuhan terhambat,
kelainan fungsi hepar/ginjal, dan peningkatan proteinuria (3). Pada kehamilan
>37 minggu dengan serviks matang, lakukan induksi persalinan. Persalinan
dapat dilakukan spont
v Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses psikologis.
v Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan super
biskuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur.
Hindari makanan berminyak dan berbau, makanan sebaik disajikan dalam keadaan
hangat.
v Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan
muntah, difekasi hendaknya diusahakan terakhir.
a. Tujuan Diet
1) Mencapai dan
mempertahankan status gizi normal
2) Mencapai dan
mempertahankan tekanan darah normal
3) Mencegah atau
mengurangi tekanan darah normal
4) Mencapai
keseimbangan nitrogen
5) Menjaga agar
penambahan berat badan tidak melebihi normal
6) Mengurangi atau
mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan
atau setelah melahirkan
b. Syarat Diet
1) Energi dan
semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara
berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan
energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
2) Garam diberikan
rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat
badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
3) Protein tinggi
(1 ½ g/kg berat badan)
4) Lemak sedang,
sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
5) Vitamin
cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
6) Mineral cukup
terutama kalsium dan kalium
7) Bentuk
makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
8) Cairan
diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan
pernafasan.
.
Contoh menu sehari
Pagi
|
Siang
|
Malam
|
Nasi tim
|
Nasi tim
|
Nasi tim
|
Telur ceplok air
|
Daging bumbu terik
|
Ikan bumbu kuning
|
Tumis kacang panjang toge
|
Tahu bacam
|
Gandong tahu
|
Susu
|
pisang
|
Jeruk
|
Pukul 10.00
|
Pukul 16.00
|
Pukul 20,00
|
Selada buah
|
Jeruk
|
The
|
Patofisiologi
Dipengaruhi
oleh diet, komposisi tinja, motilitas saluran cerna, dan obstruksi mekanis.
Agar terjadi defekasi normal, anak harus merasakan tinja didalam rektum,
kemudian diafragma dan otot abdomen akan berkontraksi. Spingter anus harus
berelaksasi sebagai respon terhadap dorongan bolus tinja. Kelainan komponen-komponen yang mengatur defekasi normal akan menimbulkan
konstipasi.
Terapi
a. Aktivitas dan olahraga teratur
b. Asupan cairan
dan serat (25 – 30 gram/hari) yang cukup
c. Latihan usus
besar; penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur tiap hari untuk
memanfaatkan gerakan usus besarnya. Dianjurkan waktu ini adalah 5 – 10 menit
setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan refleks gastro-kolon untuk BAB.
Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda –
tanda dan rangsangan untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk
BAB ini.
d. Jika modifikasi
perilaku kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologi, dan biasanya dipakai
obat – obatan golongan pencahar.
Ada 4 tipe golongan obat pencahar:
1). Memperbesar dan
melunakan massa fesef anatara lain:
a) cereal
b) methy selulos
c) psilium
2). Melunakan dan melincinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan
tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air.contohnya antara
lain:
a) minyak kastor
b) golongan docusate
3). Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan,
misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain:
a) Sorbitol
b) Lactulose
c) Glycerin
4). Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar.
Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar golongan
ini bila dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak pleksus mesenterikus dan
berakibat dismotilitas kolon. Contohnya,
a) Bisakodil
b) Fenolptalein
Pola Makan
a. Minum air
yang cukup
Air 8 gelas
sehari.Karena anda membutuhkan cairan yang cukup bagi anda dan juga bayi.
Cairan dibutuhkan untuk membangun sel darah merah dan sirkulasi, serta mengatur
suhu tubuh. Cairan diperlukan tubuh untuk mengatasi konstipasi.
b. Makan makanan
berserat, buah-buahan dan sayuran
Perbanyaklah makan makanan yang berserat tinggi, buah-buahan dan sayuran
dapat membantu mengatasi konstipasi anda selama kehamilan.
c. Kebutuhan
energi dan protein
Kondisi
kehamilan memang akan menyebabkan kebutuhan energi dan protein yang bertambah.
Penambahan energi yang direkomendasikan hingga masa akhir kehamilan berdasarkan
hasil penelitian terbaru di bidang maternal tak lainnya hanya sebesar 85.000
kcal. Kcal sebesar 85 ribu ini pun telah mencakup energi yang dibutuhkan untuk
membentuk jaringan baru, supply energi untuk jaringan baru, simpanan dalam
bentuk lemak serta 10% energi yang hilang untuk metabolisme tubuh. Dengan
memperhitungkan masa kehamilan yang hanya 280 hari, rata rata penambahan kalori
yang sebenarnya dibutuhkan oleh bumil hanya sebesar 300 kcal (85.000/280).
Jumlah ekstra kalori tersebut tak lebih dari pengkonsumsian sebuah joghurt
250-300 gr dengan kadar lemak 3,5%!. Itupun sebenarnya ekstra kalori benar
benar dibutuhkan khususnya sejak 5 bulan kehamilan. Penambahan kebutuhan
protein sebenarnya hanya sebesar 0,9-1,0 gr per kg BB per hari. Meningkatkan
konsumsi sumber protein sebanyak mungkin dengan alasan “hamil” juga sebenarnya
bukan merupakan tindakan bijaksana. Jumlah protein yang ditambah sendiri
biasanya hanya dianjurkan bila asupan energi juga cukup. Bila kondisi tersebut
tidak dipenuhi, asam amino akan digunakan terlebih dahulu untuk produksi
energi.
d. Kebutuhan Mikronutrisi Asam Folat dan Vitamin A
Tambahan
asupan mikronutrisi juga dibutuhkan selama masa kehamilan. Asam folat, Vitamin
A, Sodium, Kalsium, Magnesium, Besi, Yodium adalah beberapa mikronutrisi yang
penting dicatat di masa ini.
Asam folat amat dibutuhkan saat terjadinya penambahan jumlah sel di masa awal kehamilan. Kekurangan asam folat biasanya akan dikaitkan dengan tingginya risiko si bayi mengalami “neural tube defects”, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan lahir prematur. Vitamin A dalam bentuk retinol berkontribusi terhadap kualitas pengelihatan si kecil. Pada daerah dengan masalah defisiensi vitamin A, transfer aktif vitamin A ke fetus akan tetap terjadi walau sang ibu memiliki serum-vitamin A yang rendah dalam darahnya. Bahkan di tri semester tiga kehamilan, fetus akan mulai menimbun vitamin A dalam organ hatinya. Kolostrum yang ibu produksi setelah melahirkan si kecil merupakan sumber makanan yang kaya akan vitamin A. Namun perlu diperhatikan bahwa seorang ibu yang mengalami defisiensi vitamin A tidak akan memiliki kuantitas transfer vitamin A yang cukup melalui plasenta dan ASI. Ibu menyusui yang berada di daerah endemik defisiensi vitamin A harus mendapatkan supplementasi vitamin A (200.000 IU) selama masa 8 minggu pertama setelah melahirkan. Supplementasi vitamin A ini tidak boleh dilakukan saat si ibu hamil mengingat adanya efek teratogenik yang diamati pada pemberian dosis tinggi vitamin A pada masa kehamilan. Kebutuhan Sodium, Kalsium, Magnesium. Pengkonsumsian sodium dan kalsium dengan jumlah “sedang” juga diperlukan. Kalsium berperan penting dalam mekanisme pengaturan selama masa kehamilan dan menyusui. Ia juga akan meningkatkan absorbsi intestinal yang terjadi. Biasanya, setelah masa 6-12 bulan sang ibu melewati masa menyusui, depot kalsium di tubuhnya akan kembali terisi. Seorang bumil yang mengkonsumsi kalsium minimal 1000 mg Ca/hari akan kecil memiliki risiko terkena PIH (Pregnancy Induced Hypertension). Kekurangan magnesium biasanya dialami oleh 5-30% bumil dengan ditandai adanya keluhan kram (Nocturnal Systremma). Suplementasi secara oral dari mikronutrisi ini terbukti akan mengurangi keluhan kram pada ibu yang sedang mengandung.
Asam folat amat dibutuhkan saat terjadinya penambahan jumlah sel di masa awal kehamilan. Kekurangan asam folat biasanya akan dikaitkan dengan tingginya risiko si bayi mengalami “neural tube defects”, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan lahir prematur. Vitamin A dalam bentuk retinol berkontribusi terhadap kualitas pengelihatan si kecil. Pada daerah dengan masalah defisiensi vitamin A, transfer aktif vitamin A ke fetus akan tetap terjadi walau sang ibu memiliki serum-vitamin A yang rendah dalam darahnya. Bahkan di tri semester tiga kehamilan, fetus akan mulai menimbun vitamin A dalam organ hatinya. Kolostrum yang ibu produksi setelah melahirkan si kecil merupakan sumber makanan yang kaya akan vitamin A. Namun perlu diperhatikan bahwa seorang ibu yang mengalami defisiensi vitamin A tidak akan memiliki kuantitas transfer vitamin A yang cukup melalui plasenta dan ASI. Ibu menyusui yang berada di daerah endemik defisiensi vitamin A harus mendapatkan supplementasi vitamin A (200.000 IU) selama masa 8 minggu pertama setelah melahirkan. Supplementasi vitamin A ini tidak boleh dilakukan saat si ibu hamil mengingat adanya efek teratogenik yang diamati pada pemberian dosis tinggi vitamin A pada masa kehamilan. Kebutuhan Sodium, Kalsium, Magnesium. Pengkonsumsian sodium dan kalsium dengan jumlah “sedang” juga diperlukan. Kalsium berperan penting dalam mekanisme pengaturan selama masa kehamilan dan menyusui. Ia juga akan meningkatkan absorbsi intestinal yang terjadi. Biasanya, setelah masa 6-12 bulan sang ibu melewati masa menyusui, depot kalsium di tubuhnya akan kembali terisi. Seorang bumil yang mengkonsumsi kalsium minimal 1000 mg Ca/hari akan kecil memiliki risiko terkena PIH (Pregnancy Induced Hypertension). Kekurangan magnesium biasanya dialami oleh 5-30% bumil dengan ditandai adanya keluhan kram (Nocturnal Systremma). Suplementasi secara oral dari mikronutrisi ini terbukti akan mengurangi keluhan kram pada ibu yang sedang mengandung.
e. Kebutuhan Besi dan Iodium
Besi juga
merupakan mikronutrisi yang amat diperlukan dalam masa kehamilan. Anemia saat
kehamilan biasanya akan mempertinggi risiko terjadinya BBLR pada bayi,
tingginya insidens kelahiran prematur dan meningkatkan kemungkinan terjadinya
kematian pada ibu saat melahirkan. Perlu diingat, anemia tidak selalu
disebabkan karena kekurangan besi dalam darah. Kebanyakan wanita menderita
anemia yang disebabkan oleh kombinasi kekurangan besi, asam folat, vitamin B12
dan vitamin A ,kekurangan iodium saat
masa kehamilan sedapat mungkin harus dihindari. Seorang bumil idealnya harus
memiliki persediaan iodium yang mencukupi agar transfer iodium ke fetus yang
dikandungnya dapat mencukupi. Asupan iodium yang kurang dalam kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan otak fetus, BBLR, kretin dan
kongenital yang abnormal. Mengingat pentingnya fungsi iodium dalam masa ini,
bumil dianjurkan untuk mengkonsumsi produk produk fortifikasi iodium seperti
garam ber-iodium dan minyak ber-iodium.
Nama :
Ana Arif Bawati
E-mail : anaarifbawati@gmail.com
Blog : anaarifbawati.blogspot.co.id
Blog : anaarifbawati.blogspot.co.id
0 komentar:
Posting Komentar