Manfaat yang dirasakan dengan adanya posyandu lansia ini bukan hanya dirasakan
oleh lansia tetapi juga oleh keluarga dan lingkungan dimana lansia tersebut
tinggal. Posyandu lansia dapat membantu lansia untuk menyesuaikan diri dalam
perubahan fase kehidupannya sehingga menjadi pribadi yang mandiri sesuai dengan
keberadaannya.
Banyak
kendala yang ditemui dalam menggerakkan posyandu lansia tetapi kendala tersebut
akan dapat diatasi dengan kerja sama semua pihak, yaitu pemerintah pusat,
daerah, pihak swasta dan seluruh elemen masyarakat.
Wujud dari usaha pemerintah ini adalah dicanangkannya pelayanan bagi lansia
melalui beberapa jenjang yaitu pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah
Posyandu Lansia. Pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan
pelayanan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
Dengan demikian, posyandu lansia sangat kita perlukan, dimana posyandu
lansia ini dapat membantu lansia sesuai dengan kebutuhannya dan pada lingkungan
yang tepat, sehingga para lansia tidak merasa lagi terabaikan didalam
masyarakat.
Tujuan
1. Tujuan Umum
:
·
Dapat
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan usia lanjut sebagai bagian
proses deteksi dini dan peningkatan kesehatan serta pencegahan penyakit lansia
agar mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.
·
Meningkatkan
jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga terbentuk pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
·
Mendekatkan
pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan
kesehatan, disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
·
Pengetahuan
lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat
mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu
lansia sehingga lebih percaya diri dihari tuanya.
2. Tujuan
Khusus
a.
Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk
membina kesehatan diri sendiri.
b.
Meningkatkan kemampuan dan peran serta
masyarakat dalam menyadari dan menghayati kesehatan usia lanjut secara optimal.
c.
Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan
kesehatan usia lanjut.
d.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
Posyandu
Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana
mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia
yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta
para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).
Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran
posyandu lansia adalah :
1. Sasaran
langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut
(60 tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke
atas).
2. Sasaran
tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, organisasi sosial yang
bergerak dalam pembinaan usia lanjut, masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI,
2006).
Kegiatan Posyandu Lansia
Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik
dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah
kesehatan yang dialami. Beberapa kegiatan pada posyandu lansia adalah :
1. Pemeriksaan
status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
2. Pengukuran
tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
3. Pemeriksaan
adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
melitus).
4. Pemeriksaan
adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
5. Pelaksanaan
rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir-butir diatas.
6.
Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam
atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan
gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan kelompok
usia lanjut.
Selain itu banyak juga
posyandu lansia yang mengadakan kegiatan tambahan seperti senam lansia,
pengajian, membuat kerajinan ataupun kegiatan silahturahmi antar lansia.
Kegiatan seperti ini tergantung dari kreasi kader posyandu yang bertujuan untuk
membuat lansia beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Mekanisme pelayanan Posyandu Lansia tentu saja berbeda dengan posyandu
balita pada umumnya. Mekanisme pelayanan ini tergantung pada mekanisme dan
kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah penyelenggara. Ada yang
menyelenggarakan posyandu lansia ini dengan sistem 5 meja seperti posyandu
balita, ada pula yang hanya 3 meja.
·
Pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat
lansia tersebut. Lansia yang sudah
terdaftar di buku register langsung menuju meja selanjutnya.
·
Melakukan
pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah
·
Pencatatan
(Pengisian Kartu Menuju Sehat)
·
Melakukan
pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan darah, berat
badan, tinggi badan.
·
Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS
dan pemberian makanan tambahan.
·
Pelayanan
medis.
Masalah Kesehatan pada Lansia
Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang
lain karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang
timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti sel
serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia
menyatakan bahwa ada 14 yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu :
1.
Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi
gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia
kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi dan
otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.
2.
Instability (tidak stabil/ mudah jatuh), dapat
disebabkan oleh faktor intrinsik (yang berkaitan dengan tubuh penderita), baik
karena proses menua, penyakit maupun ekstrinsik (yang berasal dari luar tubuh)
seperti obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibatnya akan timbul rasa
sakit, cedera, patah tulang yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan
menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut
akan terjadi.
3.
Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air
seni tanpa disadari dan frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada
lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini
akan membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut,
sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.
4.
Intellectual Impairment (gangguan intelektual/
dementia), merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi
intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya
aktivitas kehidupan sehari-hari.
5.
Infection (infeksi), merupakan salah satu
masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena sering didapati juga dengan
gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan diagnosis
dan pengobatan.
6.
Impairment of vision and hearing, taste, smell,
communication, convalencence, skin integrity (gangguan panca indera,
komunikasi, penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari proses menua dimana
semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf dan
otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih
kering, rapuh dan mudah rusak dengan
trauma yang minimal.
7.
Impaction (konstipasi=sulit buang air besar),
sebagai akibat dari kurangnya gerakan, makanan yang kurang mengandung serat,
kurang minum, dan lainnya.
8.
Isolation (depresi), akibat perubahan sosial,
bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi
yang muncul adalah depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya
gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri
pinggang, gangguan pecernaan, dan lain-lain.
9.
Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena
perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa
ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari
masyarakat), terutama karena kemiskinan, gangguan panca indera; sedangkan
faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan,
dan lainnya.
10. Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka kemampuan
tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan akan semaki berkurang, sehingga jika
tidak dapat bekerja maka tidak akan mempunyai penghasilan.
11. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia
yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang
lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit
akibat obat-obatan.
12. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka
mengalami sulit untukmasuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan mudah
terbangun, tidur dengan banyak mimpi, jika terbangun susah tidur kembali,
terbangun didini hari-lesu setelah bangun di pagi hari.
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat
dari prose menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari penyakit
menahun, kurang gizi dan lainnya.
14. Impotence (impotensi), merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang
terjadi paling sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini disebabkan karena terjadi
hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada
dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau penyakit.
Data penyakit lansia di
Indonesia (umumnya pada lansia berusia lebih dari 55 tahun) adalah sebagai
berikut:
1.
Penyakit Cardiovascular
2.
Penyakit otot dan persendian
3.
Bronchitis, asma dan penyakit respirasi lainnya
4.
Penyakit pada mulut, gigi dan saluran cerna
5.
Penyakit syaraf
6.
Infeksi kulit
7.
Malaria
8.
Lain-lain
Kader Posyandu
Kader posyandu, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) adalah seseorang
atau tim sebagai pelaksana posyandu yang berasal dari dan dipilih oleh
masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberikan tugas serta tanggung
jawab untuk pelaksanakan, pemantauan, dan memfasilitasi kegiatan lainnya
(Henniwati, 2008).
Penilaian Keberhasilam Upaya Pembinaan Lansia
melalui Posyandu Lansia
Menurut Henniwati (2008), penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui
kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, dilakukan dengan menggunakan data
pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut
dapat dilihat dari :
1.
Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia
dengan berkembangnya jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas
pengembangannya
2.
Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau
swasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia
3.
Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada
lembaga
4.
Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi
lansia
5.
Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat
penyakit pada lansia
Permasalahan pada Posyandu Lansia
Kendala yang
dihadapi dalam penyelenggaraan posyandu lansia, antara lain:
1.
Umumnya lansia tidak mengetahui keberadaan dan
manfaat dari posyandu lansia.
2.
Jarak rumah dengan lokasi posyandu lansia jauh
atau sulit dijangkau. Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah
menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik
karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam
menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau
keselamatan bagi lansia.
3.
Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar
maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu lansia. Dukungan keluarga
sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti
kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia
apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu
mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
Keluarga,
bagi lansia merupakan sumber kepuasan. Data yang diambil oleh Henniwati (2008)
terhadap lansia berusia 50, 60 dan 70 tahun di Kelurahan Jambangan, menyatakan
mereka ingin tinggal ditengah-tengah keluarga. Mereka tidak ingin tinggal di
Panti Werdha. Para lansia merasa bahwa kehidupan mereka sudah lengkap, yaitu
sebagai orang tua dan juga sebagai kakek dan nenek, akan tetapi keluarga juga
dapat menjadi frustasi bagi lansia. Hal ini terjadi jika ada hambatan
komunikasi antara lansia dengan anak atau cucu, dimana perbedaan faktor
generasi memegang peranan.
Ada juga
lansia yang mempunyai kemandirian yang tinggi untuk hidup sendiri karena
keinginan untuk hidup tanpa merepotkan orang lain.
4.
Sikap yang kurang baik terhadap petugas
posyandu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan
dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau
mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami
karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap
suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan
cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki
adanya suatu respons.
5.
Kader Posyandu Lansia. Wahyuna (2008) melakukan
penelitian kader di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Ngawi. Kader-kader
tersebut hanya bertugas mencatat dan mengurusi masalah konsumsi saja, selain
itu kader juga bekerja tergantung perintah petugas kesehatan tanpa ada
pelatihan lebih lanjut sehingga peran kader dalam kegiatan tersebut belum
optimal.
Kader juga harus mampu berkomunikasi dengan
efektif, baik dengan individu atau kelompok maupun masyarakat, kader juga harus
dapat membina kerjasama dengan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan
posyandu, serta untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan lansia pada hari
buka posyandu yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatn/ pengisian KRS,
penyuluhan dan pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya dan pemberian PMT,
serta dapat melakukan rujukan jika diperlukan (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Untuk meningkatkan citra diri
kader, maka harus dipehatikan dalam hal
sebagai berikut:
a.
Meningkatkan kualitas diri sebagai seorang yang
dianggap masyarakat, yang dapat memberi informasi terkini tentang kesehatan
b.
Melengkapi diri dengan keterampilan yang memadai
dalam pelayanan di Posyandu
c.
Membuat kesam pertama yang baik dan
memperhatikan citra yang positif
d.
Menetapkan dan memutuskan perhatian secara
cermat pada kebutuhan masyarakat
e.
Menampilkan diri sebagai bagian dari anggota
masyarakat itu sendiri
f.
Mendorong keinginan masyarakat untuk datang ke
Posyandu
Tugas-Tugas Kader Posyandu Lansia
1. Tugas-Tugas
Kader
Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah
sebagai berikut :
a.
Tugas sebelum hari buka Posyandu (H-Posyandu)
yaitu berupa tugas-tugas persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka
Posyandu berjalan dengan baik.
b.
Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu
berupa tugas-tugas untuk melaksanakan pelayanan 5 meja.
c.
Tugas sesudah hari buka Posyandu (H+Posyandu)
yaitu berupa tugas setelah hari Posyandu.
2. Tugas-Tugas
Kader Pada Pelaksanaan Posyandu Lansia
a.
Tugas-tugas kader Posyandu pada H-atau pada saat
persiapan hari Posyandu, meliputi:
1.
Menyiapkan alat dan bahan : timbangan,
tensimeter, stetoskop, KMS, alat peraga, obat-obatan yang dibutuhkan,
bahan/materi penyuluhan dan lain-lain.
2.
Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu
member tahu para lansia untuk dating ke Posyandu, serta melakukan pendekatan
tokoh yang bias membantu memotivasi masyarakat (lansia) untuk dating ke
Posyandu.
3.
Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu
yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan
apakah petugas sector bias hadir pada hari buka Posyandu.
4.
Melaksanakan pembagian tugas : menentukan
pembagian tugas di antara kader Posyandu baik untuk persiapan untuk
pelaksanaan.
Tahap setelah hari buka Posyandu (H+Posyandu)
1)
Memindahkan catatan-catatan pada KMS lansia ke
dalam buku register atau buku bantu kader.
2)
Melakukan evaluasi hasil kegiatan dan
merencanakana kegiatan hari Posyandu lansia pada bulan berikutnya.
3)
Melakukan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok)
bersama lansia (paguyuban lansia)
4)
Melakukan kunjungan rumah untuk penyuluhan
perorangan/ sekaligus tindak lanjut untuk mengajak lansia untuk dating ke
Posyandu lansia pada kegiatan bulan berikutnya.
Nama : Ana Arif Bawati
E-mail : anaarifbawati@gmail.com
Blog : anaarifbawati.blogspot.co.id
Blog : anaarifbawati.blogspot.co.id
0 komentar:
Posting Komentar