Masa-masa mahasiswa menurut saya merupakan masa yang sangat riskan terhadap
kesehatan. Pada masa ini sebagian dari masyarakat kita memilih merantau untuk
melanjutkan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi, perguruan tinggi,
dimana hidup jauh dari orang tua. Dan dimasa ini, setelah umur melewati 17
tahun, kecendrungan kita untuk mencoba hal-hal baru terutama dalam hal
lifestyle.
Dari lahir hingga masa remaja atau hingga masa Sekolah Menengah Atas (SMA),
sebagian besar dari kita tinggal bersama orang tua. Pada saat itu kondisi
makanan yang kita konsumsi cendrung dikategorikan makanan sehat. Mulai dari
sarapan, makan siang, hingga makan malam disediakan oleh orang tua. Bahkan pola
makan pun diatur oleh orang tua. Mungkin sebagian dari mereka membeli
makan siang di luar (jajan) karena pada siang hari mereka masih berada di
sekolah atau berada di luar rumah. Namun kemungkinan besar pada saat sarapan
dan makan malam, mereka mengkonsumsi hidangan makanan yang disediakan orang
tua. Tentu saja orang tua berusaha memberikan makanan sehat pada anak-anaknya.
Sarapan di rumah, makan siang di luar, makan malam di rumah. Dalam periode
makan per hari hanya satu kali makan di luar rumah atau membeli di luar.
Pada masa mahasiswa, pergaulan kita pun semakin luas dan eksistensi diri
pun semakin ingin ditonjolkan. Jiwa anak muda bergelora, tidak berstatus ABG
atau remaja lagi namun sudah masuk kategori dewasa. Hal ini diikuti pula oleh
lifestyle kita dalam menonjolkan eksistensi diri, bergaul sana sini, mencoba
sana sini, dsb.
Kita tinggalkan sebentar cerita tentang masa masa sekolah dan mahasiswa.
Sebelum lanjut tentang mahasiswa, kita perlu tahu penyakit paling mematikan di
dunia, dan banyak diderita oleh orang. Saya mendapatkan beberapa media yang
merilis daftar penyakit yang tergolong mematikan dan banyak diderita orang.
Dari sumber yang diperoleh berikut, diungkapkan jenis penyakit
yang tergolong mematikan: Smallpox/cacar, Malaria, Jantung, Campak,
Tubercholosis. Dari sumber lain, penyakit paling berbahaya yang mana sering diderita
wanita seperti penyakit jantung, kanker payudara, kanker
ovarium, kanker payudara, osteoporosis, infeksi saluran kemih dan ginjal. Dari
media lain, diungkap hasil penelitian dari para peneliti internasional yang
dikoordinasikan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME)
University of Washington yang mana merilis daftar penyakit penyebab kematian di Indonesiatahun 2013,
urutan penyakitnya yaitu stroke, penyakit jantung, TBC, diabetes, pneumonia,
asma, penyakit saluran pernapasan kronis, diare, kecelakaan lalu lintas, kanker
paru paru.
Dari tiga sumber media yang saya peroleh sebagai “sample” itu, disitu
terpapar beberapa penyakit yang dominan disebutkan yaitu penyakit jantung dan
kanker, serta disusul oleh TBC. Sepengetahuan saya, penyakit yang ada dalam
diri kita bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor lingkungan dimana
kita berada, faktor pola hidup kita, faktor psikologi kita, faktor keturunan.
Satu penyakit yang sering disebut yaitu penyakit jantung, dan penyakit ini
menjadi sorotan saya pada artikel ini.
Penyakit jantung sepengetahuan saya merupakan penyakit yang merupakan salah
satu penyakit yang tergolong kompleks karena penyakit ini disebabkan oleh
banyak faktor seperti faktor keturunan, faktor pola hidup dan faktor
psikologis. Faktor-faktor itu sering disebabkan oleh faktor lingkungan dimana
kita berada atau beraktivitas. Penyakit jantung pun sepengatahuan saya
merupakan penyakit yang mampu merenggut nyawa sesorang secara mendadak tanpa
didahului proses fase penyakit yang terlihat. Walaupun sebenarnya ada fase
penyakitnya dan itu hanya dirasakan oleh penderita, namun seringkali fase-fase
itu diabaikan orang karena merasa tidak terlalu menganggu aktivitas mereka dan
bisa diredakan secara singkat. Hal seperti inilah yang sangat berbahaya, karena
pembiaran indikasi-indikasi fase penyakit ini jika dibiarkan maka fase itu akan
menumpuk dan pada ujungnya dapat menyebabkan kematian secara mendadak.
Sekarang kita kembali ke cerita tentang masa-masa menjadi mahasiswa.
Semasa menjadi mahasiswa, saya memiliki teman yang menurut saya cukup rajin
berolahraga. Ketika dia mengajak saya untuk berolahraga bersamanya, dia
mengatakan pada saya kira-kira begini.
Dia: “Suatu hari nanti selepas kuliah lo pengen berkeluarga nggak?”
Saya jawab :“ya, iya dong”.
Dia: “Lo pengen melihat anak lo besar, kuliah, trus menikah dan lo bisa
menimang cucu nggak?” Saya: “hahahah…ya iya lah“
Dia: “Kalau begitu, hayuk kita jogging”
Percakapan singkat yang menurut saya memiliki arti yang dalam.
Setelah saya lulus kuliah, saya mendapatkan ayah saya terkena gangguan
jantung dimana beliau harus masuk ruang operasi untuk dilakukan bypass. Saya
melihat kondisi beliau setelah operasi yang masih berbaring di tempat tidur
dimana banyaknya selang-selang yang menghubungkan tubuh beliau dengan peralatan
pemantauan pasca operasi masih terpasang. Suatu kondisi yang menyedihkan
sekaligus menakutkan bagi saya. Saya berharap kondisi demikian tidak terjadi
pada saya. Dari sana lah dan dari diskusi dengan dokter jantung, saya
mengetahui bahwa penyakit jantung bisa disebabkan karena faktor keturunan. Saya
pun bisa berpotensi terkena penyakit jantung. Faktor keturunan di sini bukan
dalam arti penyakit jantung orang tua pasti diturunkan pada anaknya, namun yang
mungkin diturunkan adalah bentuk atau karakter dari dinding jantung yang ada
dalam diri sang anak bisa diturunkan dari orang tua. Dokter tersebut
menyarankan supaya keluarga yang salah satu anggota keluarganya terkena
penyakit jantung supaya lebih menjaga kesehatan dalam artian perlu upaya yang
lebih daripada keluarga yang dalam anggota keluarganya tidak memiliki riwayat
penyakit tersebut. Walaupun salah satu anggota keluarga terkena penyakit jantung,
namun anggota keluarga lain sangat memungkinkan tidak terkena penyakit jantung
dengan syarat mampu menjaga kesehatannya terutama mampu menjaga faktor pola
hidup dan faktor psikologi. Faktor pola hidup di sini adalah kegiatan fisik
(olahraga) dan makanan, sedangkan faktor psikologi ini adalah tingkat stress
yang harus dijaga.
Menjadi mahasiswa apalagi mahasiswa perantauan merupakan masa-masa yang
sebagian besar pelakunya sering mengalami gangguan pola hidup. Tugas kuliah
yang bertubi-tubi datang terkadang memerlukan kerja ekstra untuk
menyelesaikannya, dimana terkadang memerlukan kegiatan begadang hingga pagi
hari. fisik dan mental terkuras. Selain itu pergaulan lingkungan kost
maupun pergaulan lingkungan mahasiswa yang perlu eksistensi diri, yang perlu
mengembangkan diri, terkadang menyebabkan mahasiswa hidup tidak normal.
Selain itu, pada masa-masa mahasiswa yang sedang merantau mungkin sebagian
besar mereka membeli makanan dari luar. Makanan yang mereka makan tiap hari
tidak lagi dimasak oleh orang tua namun dimasak oleh orang lain yang tidak ada
hubungan keluarga apapun dengan sang mahasiswa. Mulai dari sarapan hingga makan
malam, mereka beli dari luar. Tidak ada jaminan bahwa makanan yang dibeli dari
luar itu adalah sehat untuk diri kita, apakah itu makanan rumah makan, makanan
siap saji, maupun makanan yang tergolong food and beverage yang banyak
dijajakan di supermarket, karena proses pembuatannya tidak kita awasi atau kita
lihat secara langsung, hanya menaruh kepercayaan dari orang lain seperti
organisasi seperti BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Kita tidak
mengetahui motivasi mereka menjual makanan apakah sekedar untuk berbisnis atau
juga turut menjaga kesehatan para pembeli?
Melihat kondisi masa-masa mahasiswa apalagi yang sedang merantau, faktor
lingkungan mungkin sulit untuk dihindari karena faktor ini harus kita hadapi.
Namun faktor pola hidup dan psikologi saya kira masih bisa dikelola. Seperti
memilih makanan yang akan kita konsumsi sesuai kondisi tubuh kita merupakan
salah satu cara kita untuk mencegah penyakit datang ke tubuh kita terutama
penyakit jantung. Perlu dikatahui bahwa penyakit jantung tidak selalu menyerang
orang yang gemuk, namun orang kurus pun bisa terkena. Jadi berusaha untuk kurus
agar terhindar dari penyakit jantung pun saya rasa tidak tepat, karena
kemungkinan akan timbul penyakit lain dari aktivitas tersebut. Penyakit jantung
terhindar namun penyakit lain datang. Oleh karena itu, makanlah secara cukup
dan sehat.
Selain makanan, untuk mengelola faktor pola hidup. Hal lain yang saya kira
harus dilakukan untuk menghindari penyakit adalah bergerak. Dengan bergerak,
tidak hanya penyakit jantung yang dapat dihindari, namun juga penyakit lain
juga dapat terhindar seperti diabetes, hipertensi, stroke, dst. Saya sarankan
untuk bergerak secara teratur, dimana tidak dilakukan secara sembarangan.
Aktivitas bergerak secara teratur itu seperti aktivitas berjalan dengan ritme
yang konsisten, atau berlari dengan ritme yang konsisten dan kalau bisa terukur
seperti melakukan olahraga.
Selama masa mahasiswa lah terutama bagi mahasiswa perantauan yang menurut
saya aktivitas bergerak harus dilakukan lebih banyak. Aktivitas yang sebaiknya
dilakukan untuk menjaga kondisi jantung adalah aktivitas olahraga seperti jalan sehat, berlari,
berenang, bersepeda, olahraga interval atau serangkaian latihan fisik berulang
diselingi waktu istirahat . Kalaupun tidak bisa meluangkan waktu untuk
berolahraga, maka kalau bisa ketika beraktivitas sehari-hari seperti kuliah,
membeli makanan, ataupun berjalan-jalan di pusat perbelanjaan sebaiknya dilakukan
dengan berjalan kaki dan ritme yang dilakukan selama berjalan sebaiknya
dilakukan secara konsisten dan terukur.
Dengan bergerak, faktor psikologis kita akan dapat dikelola dengan baik.
Bergerak di lingkungan yang hijau seperti di taman, atau di jogging track yang
berada di tepian lapangan sepak bola dapat membuat kesegaran pada pandangan
kita dan tingkat strees kita diharapkan bisa turun. Ketika bergerak dalam
aktivitas olahraga, kita pun dapat melakukannya secara bersama-sama dengan
teman-teman kita di lingkungan pergaulan seperti jogging bersama, bersepeda
bersama. Bergaul sambil berolahraga maka badan akan sehat, kondisi
psikologi pun akan terjaga dimana tingkat stress akan turun setelah
beraktivitas padat. Dari sisi kesehatan tubuh pun, dengan berolahraga maka
dapat juga membantu menjaga kekuatan otak
Namun hal yang harus diperhatikan selama berolahraga adalah, tidak boleh
berlebihan. Olahraga berlebihan akan berdampak negatif pada kondisi
tubuh kita terutama pada kondisi jantung kita.
Apa yang diharapkan teman saya untuk bisa melihat anaknya besar, kuliah,
menikah, serta kemudian menimang cucu, adalah harapan kita semua. Semoga kita
mampu menikmati fase-fase bahagia itu dengan badan yang sehat, otak kuat, hati
senang.
Di tahun baru ini, semoga kita lebih giat bergerak secara cukup. Kalau bisa
pergerakannya dilakukan secara konsisten dan terukur. Serta memilih
mengkonsumsi makanan sehat.
Selamat bergerak, selamat hidup sehat, dan selamat tahun baru
Email: syifadwisyahril0@gmail.com
Blog: syifadwisyahril0.blogpot.com
0 komentar:
Posting Komentar