Cara Perawatan Pada Lansia

Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah atau lingkungan keluarga, puskesmas, yang di berikan perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti. (Depkes, 1993 1b).
    
Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah atau lingkungan keluarga, puskesmas, yang di berikan perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti. (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1.      Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan yang sesuai dan kesegaran jasmani.
2.      Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain :
1.      Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
2.      Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
3.    Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.
4.      Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.
Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya dekubitus, yakni :
1.      Status gizi
2.      Anemia
3.      Adanya hipoalbunemia
4.      Adanya penyakit-penyakit neurologik
5.      Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
6.      Adanya dehidrasi
Faktor ekstrinsik, yakni :
1.      Kurang kebersihan tempat tidur
2.      Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
3.      Kurangnya perawaatan yang baik dari perawatan
  PENDEKATAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi pasien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni :

  •  Pasien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
  • Pasien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar perawatan pasien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubunga dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. kebersihan perorangan (personal hygiene) sanga penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberihan kurang mendapat perhatian.
   Pendekatan psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan adukatif pada pasien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhaadap segala sesuatu yang asing, sebagai penamung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.
    Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan sosial ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan sosial antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para pasien lanjut usia. 
      Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutama bila pasien lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi pasien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti tidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit atau penderitaan yang sering menyertainya, kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya.


by: Cendikia Perwari
email : cendikiaperwari08@gmail.com 


Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar