B. Pengertiandan Keadaan Keluarga Broken Home
Tidak
luput dari kenyataan yang adabahwa semakin hari semakin banyak keluarga
yang mengalami broken home. Beberapakasus diantaranya mungkin
disebabkan oleh perselingkuhan, perbedaan prinsiphidup, atau sebab-sebab
lainnya yang bisa disebabkan oleh masalah internalmaupun eksternal dari
kedua belah pihak. Akan tetapi, yang jelas kasus-kasusbroken home itu
sama halnya dengan kasus-kasus sosial lainnya, yaitu
sifatnyamultifaktoral. Satu hal yang pasti, hubungan interpersonal
diantara suami istridalam keluarga broken home telah semakin memburuk.
Kedekatan fisikal jugamenjadi alasan bagi pasangan suami istri dalam
menyikapi masalah broken home,meskipun dalam beberapa sumber disebutkan
bahwa kedekatan fisik tidakmempengaruhi kedekatan personal antar
individu. Inti dari semuanya adalahkomunikasi yang baik antarpasangan.
Dalam komunikasi ini, berbagai faktor kejiwaantermuat di dalamnya,
sehingga patut mendapat perhatian utama.
Memburuknya
komunikasi diantara suamiistri ini seringkali menjadi pemicu utama dalam
keluarga broken home. Olehsebab itu, sangatlah penting rasa saling
percaya, saling terbuka, dan salingsuka diantara kedua pihak agar
terjadi komunikasi yang efektif. Dalam keadaanini, kematangan
kepribadianlah yang menentukan penerimaan peran dari
pasangankomunikasinya. Setiap individu dilahirkan dengan tipe
kepribadian yangberbeda-beda oleh sebab itu saling pengertian
antarpasangan juga sangatlahpenting.
Dalam suasana keluarga
yang brokenhome bukan hanya komunikasi yang memburuk, tetapi juga
terdapat aspek yangtidak relevan dalam hubungan itu, sehingga
menyebabkan berkurangnyaketertarikan antardiri pasangannya. Lemahnya
ketertarikan ini bisa berdampakpada pengabaian sosial termasuk
pengabaian afektif. Dalam hal ini, dapatdiuraikan bahwa dalam keluarga
yang broken home antarpasangan terjadi pelemahan rasasaling menilai
secara positif, yang terjadi penilaian menjadi cenderung negatifantara
satu pasangan dengan pasangannya.
Dari semua fenomena di atas,
akan bisaberdampak pada perkembangan kejiwaan anak dalam keluarga itu.
Remajalah yangdalam hal ini sangat rentan. Masa remaja, seperti yang
dikatakan oleh Erickson bahwa masaremaja merupakan masa pencarian
identitas. Pengaruh faktor brokenhome keluarga menjadifaktor negatif
dalam penemuan identitas yang sehat, sehingga remaja cenderungmengalami
fasekebingungan identitas. Perkembangan afeksi juga bisa mengalami
hambatan.Hal ini dikarenakan adanya pengabaian dari orangtuanya. Lebih
jauh, terdapatsifat-sifat penghambat perkembangan kepribadian yang sehat
yang terwujud dalamkepribadian anak.
Ayah, ibu, dan anak
adalah keluargainti yang merupakan organisasi terkecil dalam kehidupan
bermasyarakat. Padahakikatnya, keluarga merupakan wadah pertama dan
utama bagi perkembangan danpertumbuhan anak. Di dalam keluarga, anak
akan mendapatkan pendidikan pertamamengenai berbagai tatanan kehidupan
yang ada di masyarakat. Keluargalah yangmengenalkan anak akan aturan
agama, etika sopan santun, aturan bermasyarakat,dan aturan-aturan tidak
tertulis lainnya yang diharapkan dapat menjadi landasankepribadian anak
dalam menghadapi lingkungan. Keluarga juga yang akan menjadimotivator
terbesar yang tiada henti saat anak membutuhkan dukungan dalammenjalani
kehidupan.
Namun, melihat kondisi masyarakat saatini, fungsi
keluarga sudah mulai tergeser keberadaannya. Semua anggota
keluargakhususnya orangtua menjadi sibuk dengan aktivitas pekerjaannya
dengan alasanuntuk menafkahi keluarga. Peran ayah sebagai kepala
keluarga menjadi tidakjelas keberadaannya, karena seringkali ayah zaman
sekarang bekerja di luar kotadan hanya pulang satu minggu sekali ataupun
pergi pagi dan pulang larut malam.Ibulah yang menggantikan peran ayah
di rumah dalam mendidik serta mengaturseluruh kepentingan anggota
keluarganya.
Masalah akan semakin berkembangtatkala ibupun
menjadi seorang wanita pekerja dengan beralih membantu
perekonomiankeluarga ataupun berambisi menjadi wanita karir, sehingga
melupakan anak dankeluarganya. Banyak ditemukan ibu menjadi
seorang superwoman yang bekerja duapuluh empat jam sehari tanpa henti,
barangkali waktu istirahat ibu hanyalahbeberapa jam dalam sehari. Itupun
jika ibu mampu dengan cerdas mengelola waktubekerja di luar rumah dan
bekerja di rumah tangganya. Ketika ayah dan ibu sibukdengan aktivitasnya
masing-masing, lalu ke manakah anak-anak mereka? Anak yangseharusnya
memiliki hak mendapatkan kehangatan dalam keluarganya.
Kecenderungan
yang terjadi, keluargamenjadi pecah dan tidak jelas keberadaannya.
Ketika ayah dan ibu sudah tidakdapat berkomunikasi dengan baik, karena
kesibukan masing-masing atau karenaegonya, maka mereka memilih untuk
bercerai. Namun, di saat orang tua dapatmempertahankan keluarganya
secara utuh tanpa ada komunikasi yang hangat antaraanggota keluarganya,
secara psikologis merekapun bercerai.
Oleh karena orangtua
tidak punya waktubanyak untuk berdialog, berdiskusi atau bahkan hanya
untuk saling bertegursapa. Saat orang tua pulang bekerja, anak sudah
tertidur dengan lelapnya dansaat anak terbangun tidak jarang orang tua
sudah pergi bekerja atau anaknyayang harus pergi ke sekolah. Ketika anak
protes dan mengeluh, orangtua hanyacukup memberikan pengertian bahwa
ayah dan ibu bekerja untuk kepentingan anakdan keluarga juga. Orang tua
zaman sekarang sering merasa kesulitan mengertikeinginan anaknya, tanpa
mereka sadari bahwa orangtualah yang selalu membuatanak harus mengerti
keadaan orang tuanya.
Anak yang brokenhome bukanlah hanya
anakyang berasal dari ayah dan ibunya bercerai, namun anak yang berasal
darikeluarga yang tidak utuh, dimana ayah dan ibunya tidak dapat
berperan danberfungsi sebagai orang tua yang sebenarnya. Tidak dapat
dimungkiri kebutuhanekonomi yang semakin sulit membuat setiap orang
bekerja semakin keras untukmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Namun,
orangtua seringkali tidakmenyadari kebutuhan psikologis anak yang sama
pentingnya dengan memenuhikebutuhan hidup. Anak membutuhkan kasih sayang
berupa perhatian, sentuhan,teguran dan arahan dari ayah dan ibunya,
bukan hanya dari pengasuhnya atau pundari nenek kakeknya.
Perhatian
yang diperlukan anak dariorang tuanya adalah disayangi dengan sepenuh
hati dalam bentuk komunikasiverbal secara langsung dengan anak, meski
hanya untuk menanyakan aktivitassehari-harinya. Menanyakan sekolahnya,
temannya, gurunya, mainannya, kesenangannya,hobinya, cita-cita dan
keinginannya. Ada anak di sekolah yang merasa aneh, jikatemannya
mendapatkan perhatian seperti itu dari orang tuanya, karena
zamansekarang hal tersebut menjadi sangat mahal harganya dan tidak semua
anakmendapatkannya.
Anak sangat membutuhkan sentuhan
dariorang tuanya, dalam bentuk sentuhan hati yang berupa empati dan
simpati untukmembuat anak menjadi peka terhadap lingkungannya. Selain
itu, belaian, pelukan,ciuman, kecupan, dan senyuman diperlukan untuk
membuat kehangatan jiwa dalamdiri anak dan membantu anak dalam menguasai
emosinya.
Arahan dibutuhkan oleh anak untukmemberikan
pemahaman bahwa dalam kehidupan bermasyarakat ada aturan tidaktertulis
yang harus ditaati dan disebut sebagai norma masyarakat. Norma agama,
normasosial, norma adat atau budaya dan norma hukum sebaiknya diberikan
kepada anaksejak masih usia kecil. Dengan diberikannya pemahaman dalam
usia sedinimungkin, diharapkan anak dapat menjadi warga masyarakat yang
baik, khususnyasaat anak mulai mengenal lingkungan selain keluarganya.
Jika
anak melanggar norma tersebut,sudah merupakan kewajiban orangtua
sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknyauntuk memberikan teguran yang
disertai penjelasan logis sesuai denganperkembangan usianya supaya anak
mengerti dan memahami bagaimana bersikap danberperilaku yang sesuai
dengan norma-norma masyarakat.
Dampak dari keegoisan dan
kesibukanorang tua serta kurangnya waktu untuk anak dalam memberikan
kebutuhannyamenjadikan anak memiliki karakter mudah emosi (sensitif),
kurang konsentrasibelajar, tidak peduli terhadap lingkungan dan
sesamanya, tidak tahu sopansantun, tidak tahu etika bermasyarakat, mudah
marah dan cepat tersinggung,senang mencari perhatian orang, ingin
menang sendiri, susah diatur, suka melawanorang tua, tidak memiliki
tujuan hidup, dan kurang memiliki daya juang.
C. Ciri-ciriKeluarga Broken Home
Berdasarkanbeberapa
asumsi dalam literatur, penulis menemukan bahwa keluarga broken
home bukan hanya keluargadengan kasus perceraian saja. Keluarga
brokenhome secara keseluruhan berarti keluarga dimana fungsi ayah dan
ibusebagai orang tua tidak berjalan baik secara fungsional. Fungsi orang
tua padadasarnya adalah sebagai agen sosialisasi
nilai-nilai baik-buruk, sebagai motivatorprimer bagi anak, sebagai
tempat anak untuk mendapatkan kasih sayang, dansebagainya. Jika fungsi
orang tua ini terhambat, maka aspek-aspek khusus dalamkeluarga bisa
dimungkinkan tak terjadi.
Padahakikatnya, anak membutuhkan
orang tuanya untuk mengembangkan kepribadian yangsehat. Pada masa
remaja, berdasarkan asumsi Erickson. Remaja memerlukan figur tertentu
yang nantinya bisamenjadi figure sample dalaminternalisasi nilai-nilai
remajanya. Dengan tidak berfungsinya peran orang tuasebagaimana
mestinya, maka hal ini bisa terhambat. Proses pencarian identitasdalam
kondisi serupa ini bisa jadi meriam bagi remaja itu. Remaja
itudimungkinkan membentuk kerpibadian yang kurang sehat dengan
perasaanterisolasi. Proses pencarian identitas akan terhambat dan
menimbulkan rasa kebingunganidentitas . Penambahan juga, remaja itu
mungkin bisa mengembangkanperilaku yang delinquency, ataubahkan
patologis. Jika keadaan keluarga yang broken home itu dirasakannya
sangat menekan dirinya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Yeri
Abdillah (2003) dalam penelitiannya, menyimpulkan bahwaagresivitas pada
remaja dalam keluarga broken home mempunyai taraf lebih tinggi daripada
rekannyayang tidak mengalami kasus brokenhome.
Masih
banyakkasus lagi yang mungkin dirasakan anak dalam keluarga broken home.
Efeknya akan lebihterasa jika anak berada dalam masa remaja. Jika
dianalisis lebih lanjut keadaan broken home bisa memperburukkeadaan
remaja itu. Keadaan itu akan diartikan sebagai tekanan yang bisamenjadi
sumber awal penyebab patologis sosial.
Munculnya masalahbroken
home menimbulkansuatu perasaan menyesal pada remaja, dan
melakukan identifikasi ulang. Ketiadaannyadukungan sosial menyebabkan
kurangnya alternatif masukan bagi remaja itu untukmelakukan
reidentifikasinya. Orang tua yang semulanya menjadi teladan,
akandianggap sebagai pembawa petaka baginya. Dari asumsi ini muncullah
rasaketidakpercayaan pada diri remaja itu. Munculnya rasa
ketidakpercayaan inimenyebabkan cinta kepada orang tuanya semakin
menipis atau berkurang. Kelekatandengan orang tua semakin kecil,
sehingga asumsi-asumsi negatif kepada orang tuamulai muncul. Dari asumsi
itu muncullah asumsi bahwa orang tuanya sudah tidakmenyayanginya lagi.
Perkuatan muncul apabila tidak adanya perhatian secarafisikal yang
ditujukan pada remaja itu.
D. DampakBroken Home terhadap Perkembangan Kejiwaan Anak
Dampak pada anak-anak pada masaketidakharmonisan, belum sampai bercerai namun sudah mulai tidak harmonis:
1. Anak mulai menderita kecemasan yangtinggi dan ketakutan.
2. Anak merasa jerjepit ditengah-tengah, karena harus memilih antara ibu atau ayah.
3. Anak sering kali mempunyai rasabersalah.
4. Kalau kedua orangtuanya sedangbertengkar, itu memungkinkan anak bisa membenci salah satu orang tuanya.
Dalam rumah tangga yang tidak sehat,yang bermasalah dan penuh dengan pertengkaran-pertengkaran bisa muncul 3kategori anak:
1.
Anak-anak yang memberontak yangmenjadi masalah diluar. Anak yang jadi
korban keluarga yang bercerai itu menjadisangat nakal sekali.
2.
Selain itu, anak korban perceraianjadi gampang marah karena mereka
terlalu sering melihat orang tua bertengkar.Namun kemarahan juga bisa
muncul karena:
· Diaharus hidup dalam ketegangan dan dia tidak suka hidup dalam ketegangan.
· Diaharus
kehilangan hidup yang tenteram, yang hangat, dia jadi marah pada orang
tuanyakok memberikan hidup yang seperti ini kepada mereka.
· Waktuorang
tua bercerai, anak kebanyakan tinggal dengan mama, itu berarti ada
yangterhilang dalam diri anak yakni figur otoritas, figur ayah.
3. Anak-anak yang bawaannya sedih,mengurung diri, dan menjadi depresi. Anak ini juga bisa kehilangan identitassosialnya.
E. GangguanKejiwaan pada Seorang Broken Home :
1. BrokenHeart
Sipemuda
merasakan kepedihan dan kehancuran hati sehingga memandang hidup
inisia-sia dan mengecewakan. Kecenderungan ini membentuk si pemuda
tersebutmenjadi orang yang krisis kasih dan biasanya lari kepada yang
bersifat keanehansexual. Misalnya sex bebas, homo sex, lesbian, jadi
simpanan orang, tertarikdengan istri atau suami orang lain dan
lain-lain.
2. BrokenRelation
Sipemuda merasa bahwa
tidak ada orang yang perlu di hargai, tidak ada orang yangdapat
dipercaya serta tidak ada orang yang dapat diteladani. Kecenderungan
inimembentuk si pemuda menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang
lain, ugal-ugalan,cari perhatian, kasar, egois, dan tidak mendengar
nasihat orang lain, cenderung“semau gue”.
3. BrokenValues
Sipemuda
kehilangan ”nilai kehidupan” yang benar. Baginya dalam hidup ini
tidakada yang baik, benar, atau merusak yang ada hanya yang
”menyenangkan” dan yang”tidak menyenangkan”, “pokoknya apa saja yang
menyenangkan saya lakukan, apayang tidak menyenangkan tidak saya
lakukan.”
F. PeranOrang Tua terhadap Perkembangan Kejiwaan Anak
Perceraian
selalu berdampak burukdan terasa amat pahit bagi anak-anak. Dan ini
jelas memberikan perasaan sedihserta takut pada diri anak. Sehingga, ia
akan tumbuh dengan jiwa yang tidaksehat. Berikut ini beberapa saran
untuk mengatasi kesedihan anak dalam melewatiproses perceraian orang
tuanya:
· Dukunganak anda untuk mengungkapkan perasaan
mereka, baik yang positif maupunnegatif, mengenai apa yang sudah
terjadi. Sangatlah penting bagi orang tua yangakan bercerai ataupun yang
sudah bercerai untuk memberi dukungan kepadaanak-anak mereka serta
mendukung mereka untuk mengungkapkan apa yang merekapikirkan dan
rasakan. Dalam hal ini Anda tidak boleh melibatkan perasaan
anda.Seringkali terjadi, perasaan akan kehilangan salah satu orang tua
akibatperceraian menyebabkan anak-anak menyalahkan salah satu dari kedua
orang tuanya(atau kedua-duanya) dan mereka merasa dikhianati. Jadi,
anda harus betul-betulsiap untuk menjawab setiap pertanyaan yang akan
diajukan anak anda ataukeprihatinan yang mereka miliki.
· Berikesempatan
pada anak untuk membicarakan mengenai perceraian dan
bagaimanaperceraian tersebut berpengaruh pada dirinya. Anak-anak yang
usianya lebihbesar, tanpa terduga, bisa mengajukan pertanyaan dan
keprihatinan yang berbeda,yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya
olehnya. Meski mengejutkan dan terasamenyudutkan, tetaplah bersikap
terbuka.
· Bilaanda merasa tidak sanggup membantu anak,
minta orang lain melakukannya.Misalnya, sanak keluarga yang dekat
dengan si anak.
· Sangatlahwajar bagi anak-anak jika
memiliki berbagai macam emosi dan reaksi terhadapperceraian orang
tuanya. Bisa saja mereka merasa bersalah dan menduga-duga,merekalah
penyebab dari perceraian. Anak-anak marah dan merasa ketakutan.Mereka
khawatir akan ditelantarkan oleh orang tua yang bercerai.
· Adaanak-anak
yang sanggup untuk menyuarakan perasaan mereka, dan ada juga yangtidak.
Hal ini tergantung dari usia dan perkembangan mereka. Untuk
anak-anakusia sekolah, jelas sekali perceraian mengakibatkan turunnya
nilai pelajaranmereka di sekolah. Walaupun untuk beberapa lama anak-anak
akan berusahamati-matian menghadapi perceraian orangtuanya, pengaruh
nyata dari perceraianbiasanya dirasakan anak berusia 2 tahun ke atas.
· Janganmenjelek-jelekan
mantan pasangan di depan anak walaupun anda masih marah ataubermusuhan
dengan bekas suami. Hal ini merupakan salah satu yang sulit
untukdilakukan tapi anda harus berusaha keras untuk mencobanya. Jika hal
itu terussaja anda lakukan, anak akan merasa, ayah atau ibunya jahat,
pengkhianat, ataupembohong. Pada anak tertentu, hal itu akan menyebabkan
ia jadi dendam danbahkan bisa trauma untuk menikah karena takut
diperlakukan serupa.
· Anak-anaktidak perlu merasa
mereka harus bertindak sebagai “penyambung lidah” bagi keduaorangtuanya.
Misalnya, anda berujar, “Bilang, tuh, sama ayahmu, kamu sudahharus
bayaran uang sekolah.”
· Mintadukungan dari sanak
keluarga dan teman-teman dekat. Orangtua tunggal memerlukandukungan.
Dukungan dari keluarga, sahabat, atau pemuka agama, yang dapatmembantu
anda dan anak anda untuk menyesuaikan diri dengan perpisahan
danperceraian. Hal lain yang juga dapat menolong adalah memberi
kesempatan kepadaanak-anak untuk bertemu dengan orang lain yang telah
berhasil melewatimasa-masa perceraian dengan baik.
· Bilamanamungkin,
dukung anak-anak agar memiliki pandangan yang positif terhadap
keduaorang tuanya. Walaupun pada situasi yang baik, perpisahan dan
perceraian dapatsangat menyakitkan dan mengecewakan bagi kebanyakan
anak-anak. Dan tentu sajasecara emosional juga sulit bagi para orang
tua.
G. Efek-efekKehidupan Seorang Broken Home :
1.
AcademicProblem, seseorang yang mengalami Broken Home akan menjadi
orang yang malasbelajar dan tidak bersemangat serta tidak berprestasi.
2.
BehaviouralProblem, mereka mulai memberontak, kasar, masa bodoh,
memiliki kebiasaanmerusak, seperti mulai merokok, minum-minuman keras,
judi dan lari ketempatpelacuran.
3. Sexualproblem, krisis kasih mau coba ditutupi dengan mencukupi kebutuhan hawa nafsu.
4.
Spiritualproblem, mereka kehilangan Father’s figure sehingga tuhan,
pendeta atauorang-orang rohani hanya bagian dari sebuah sandiwara
kemunafikan.
H. CaraMembangkitkan Motivasi Anak Korban Broken Home
Bagi
anak-anak mempunyai keluarga yangutuh adalah hal yang sangat
membahagiakan. Mereka tidak pernah membayangkanbahwa akan mengalami
sebuah perceraian dalam keluarganya. Keadaan psikologi anakakan sangat
terguncang karena adanya perceraian dalam keluarga. Mereka akansangat
terpukul, kehilangan harapan, dan cenderung menyalahkan diri sendiriatas
apa yang terjadi pada keluarganya. Sangat sulit menemukan cara
agaranak-anak merasa terbantu dalam menghadapi masa-masa sulit karena
perceraianorang tuanya. Sekalipun ayah atau ibu berusaha memberikan yang
terbaik yangmereka bisa, segala yang baik tersebut tetap tidak dapat
menghilangkankegundahan hati anak-anaknya.
Beberapa psikolog
menyatakan bahwabantuan yang paling penting yang dapat diberikan oleh
orang tua yang berceraiadalah mencoba menenteramkan hati dan meyakinkan
anak-anak bahwa mereka tidakbersalah. Yakinkan bahwa mereka tidak perlu
merasa harus ikut bertanggung jawabatas perceraian orangtuanya. Hal lain
yang perlu dilakukan oleh orang tua yangakan bercerai adalah membantu
anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan tetapmenjalankan
kegiatan-kegiatan rutin di rumah. Jangan memaksa anak-anak untukmemihak
salah satu pihak yang sedang cekcok, dan jangan sekali-sekalimelibatkan
mereka dalam proses perceraian tersebut. Hal lain yang dapatmembantu
anak-anak adalah mencarikan orang dewasa lain seperti bibi atau
paman,yang untuk sementara dapat mengisi kekosongan hati mereka setelah
ditinggalayah atau ibunya. Maksudnya, supaya anak-anak merasa
mendapatkan topangan yangmemperkuat mereka dalam mencari figur pengganti
ayah ibu yang tidak lagi hadirseperti ketika belum ada perceraian.
by: Cendikia Perwari
Email : cendikiaperwari08@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar