Tuberkolosis atau Tubercolosis / TBC
hingga kini masih menjadi penyakit serius yang menjangkiti manusia. Sudah
berabad-abad penyakit ini bekerja secara diam-diam untuk membinasakan manusia.
Jutaan manusia telah hidup dalam penderitaan karena pembunuh yang
"lambat" namun pasti ini. Bahkan pada zaman modern ini sekalipun,
dimana penyakit TBC sudah bisa disembuhkan, masih banyak saja orang yang
meninggal karena penyakit ini.
Data yang diperoleh Departemen Kesehatan
untuk jumlah penderita TBC, sudah barang tentu bukan data yang pasti, hanya
perkiraan. Fenomena penyakit ini ibarat gunung Krakatau, kecil di atas permukaan
laut, namun sesungguhnya besar di bawah laut. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan
bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TBC pada tahun 2002, sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi bakteri TBC dan menurut regional WHO, jumlah terbesar
kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga
terburuk di dunia untuk jumlah penderita TBC. Setiap tahun muncul 500 ribu
kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu,
satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh TBC.
Kecuali dengan pemeriksaan yang akurat,
kita bisa saja tidak menyadari jika di dalam tubuh kita sudah berkembang biak
bakteri-bakteri TBC yang berbahaya ini. Sudah barang tentu tidak akan disadari
kecuali bila sudah menunjukkan gejala-gejala yang berarti. Yang cukup
menyedihkan, penyakit ini kebanyakan menyerang orang-orang di masa produktif
atau pada dewasa muda.
Penyebab TBC
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis, sejenis bakteri kecil berbentuk tongkat. Begitu
kecilnya mereka sehingga ribuan dari bakteri ini dapat hidup bersama di tempat
yang hanya seluas ujung jarum. Bakteri-bakteri kecil dan ulet ini dilindungi
oleh selaput lilin yang melindunginya dari sistem pertahanan tubuh manusia yang
mau membinasakannya.
TBC dapat menyerang bagian tubuh manapun,
namun yang paling sering adalah pada paru-paru. Bakteri-bakteri ini dapat hidup
selama berbulan-bulan lamanya di tempat yang sejuk dan gelap, terutama jika
tempat tersebut lembab. Malah yang lebih buruk lagi, bakteri-bakteri itu dapat
bertahan hidup di tempat yang kering cukup lama, namun mereka akan mati bila
terkena cahaya matahari atau panas.
Mycobacterium tuberculosis

Bila bakteri TBC telah masuk ke paru-paru,
pertempuran sengit antara sistem pertahanan tubuh dan bakteri TBC segera
terjadi. Sel-sel darah putih akan segera mengepung bakteri-bakteri itu, dan
menelannya. Namun, karena bakteri TBC terlindungi oleh lapisan lilin,
kebanyakan dari bakteri-bakteri itu akan tetap hidup. Lalu sel-sel darah putih
yang lebih besar masuk, dan mendirikan suatu "tembok pertahanan"
untuk melawan penyerang-penyerang itu. Inilah yang mengakibatkan munculnya
tuberkel atau benjolan kecil.
Di dalam tuberkel itu, bakteri TBC mungkin
akan hidup berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun lamanya. Bisa jadi
benjolan itu akan lenyap, dan menimbulkan sebuah lubang. Kumpulan jaringan
parut yang cukup besar mungkin akan terbentuk di sekeliling bagian-bagian ini.
Ini akan menghalangi aliran darah dan mengganggu fungsi paru-paru. Kalsium dan
kapur mungkin juga menumpuk di dalam jaringan -jaringan ini dan juga di dalam
kelenjar limfe disekitarnya sehingga membuat organ-organ itu tidak berfungsi
lagi.
Berapa lama pasien seperti itu akan hidup?
Ini tergantung dari ketahanan tubuhnya sendiri. Jika daya tahan tubuhnya
tinggi, dan bakteri yang menyerang tidak terlalu banyak, ia mungkin akan sembuh
dengan cepat. Namun jika daya tahannya rendah karena kurangnya mengonsumsi
makanan sehat, bekerja terlalu keras atau karena kebiasaan hidup yang tidak
teratur, maka ia akan kalah di pertempuran itu. Hal ini lebih sering terjadi
jika seseorang itu hidup dalam lingkungan yang tidak sehat dan banyak
berhubungan dengan orang-orang yang menderita TBC.
Makanan dan air yang sudah terkena kotoran
mungkin juga menjadi penyebab menyebarnya bakteri TBC. Orang-orang yang meminum
susu segar yang belum dimasak bisa jadi juga akan menanggung risiko ini, karena
bisa saja ada bakteri TBC di dalamnya. Sekali saja bakteri-bakteri TBC ini
menemukan tempat hidup di dalam tubuh, maka akan sukar sekali untuk
dikeluarkan. Oleh karena itu, penyakit ini harus dicegah sedapat mungkin.
Tanda-tanda Bahaya TBC
Perasaan lelah yang tiada sebab atau
kehilangan semangat ketika melakukan aktivitas sedikit saja, ini menjadi salah
satu ciri penyakit TBC. Terus turunnya berat badan juga harus dicurigai,
terutama bila ia menderita batuk yang tidak kunjung sembuh, atau mengeluarkan
darah. Ini sudah menjadi tanda-tanda bahaya untuk penyakit TBC. Selain itu,
nyeri pada bagian dada, berkeringat di malam hari dan demam di waktu sore juga
patut diwaspadai, karena ini juga adalah gejala TBC. Kebanyakan penderita TBC
juga mengeluh kurangnya nafsu makan.
Diagnosa TBC
Sebuah pemeriksaan sederhana untuk
menegakkan diagnosa TBC adalah dengan tes tuberculin. Dokter akan menyuntikkan
sedikit cairan ke dalam kulit seseorang. Jika kulit itu berubah menjadi merah
dan meradang, kemungkinan besar seseorang tu mengidap TBC. Namun sebaiknya
jangan hanya melakukan tes ini, karena ada TBC yang tersembunyi, setelah dites
tuberculin tidak menunjukkan reaksi apa-apa, padahal sesungguhnya ia sedang
mengidap TBC.
Karena itu pemeriksaan dengan X-ray
(rontgen) harus dilakukan, bukan hanya untuk memastikan apakah seseorang itu
menderita TBC atau tidak, tapi juga untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit-penyakit serius lain seperti jantung dan kanker paru-paru. Beberapa
ahli kesehatan menyarankan bahwa setiap orang itu sebaiknya melakukan X-ray
dada setiap tahun.
Perawatan TBC
Perawatan yang paling utama adalah
istirahat. Maksudnya istirahat yang sempurna jiwa dan raga. Tekanan emosi atau
pikiran yang mengganggu cenderung memperlambat proses kesembuhan.
Bakteri-bakteri yang menyerang mungkin saja telah membuat lubang-lubang besar
di dalam paru-paru, dan tubuh harus mencari jalan untuk memperbaiki
lubang-lubang itu. Jika keadaan TBC sudah hebat, ada baiknya penderita dirawat
di rumah sakit agar tindakan pencegahan dapat diambil untuk melindungi
masyarakat dan tersebarnya penyakit ini. Jika penderita TBC tinggal di rumah,
ia harus berada di kamar tersendiri dan harus diberi cukup penerangan dan
ventilasi.
Udara segar akan sangat membantu proses
penyembuhan penyakit TBC. Mungkin akan lebih baik jika penderita TBC itu tidur
di serambi rumah, di tempat asri, jauh dari asap dan polusi, namun tentu saja
tetap harus menghindari kontak dengan orang lain. Penderita TBC harus diberikan
makanan yang seimbang, seperti vitamin-vitamin tambahan seperti vitamin C.
Buah-buahan dan sayuran segar juga harus menjadi menu wajib bagi penderita TBC.
Semua ini tidak lain adalah untuk mempercepat proses kesembuhan.
Pengobatan TBC
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan
atas dua kelompok yaitu obat primer dan sekunder. Obat primer untuk TBC adalah
isoniazid (INH), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, dan Pirazinamid. Sebagian
besar penderita TBC sembuh dengan obat-obat ini. Selain itu ada juga obat
sekunder untuk TBC yaitu Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin. Penggunaan obat-obat primer dan sekunder tergantung
dari tingkat keparahan TBC yang diderita.
Biasanya penderita TBC dapat sembuh total
selama kurang lebih enam bulan dengan mengonsumsi obat-obatan primer setiap
hari. Butuh biaya besar untuk mengonsumsi obat-obatan ini setiap hari selama
enam bulan ? betul. Namun pemerintah Indonesia sudah menyediakan obat-obatan
ini di tiap-tiap Puskesmas dalam kemasan yang eksklusif dan GRATIS.
Pembedahan
Jaringan-jaringan paru-paru yang sudah
parah kerusakannya harus dikeluarkan dengan pembedahan (jika memungkinkan).
Namun sayang, tidak semua penderita TBC memiliki ketahanan untuk dibedah,
karena umumnya kondisi mereka sudah lemah. Kesembuhan akan terjadi lebih cepat
bila jaringan-jaringan rusak tersebut dikeluarkan dari tubuh. Dalam keadaan
yang sudah parah, kombinasi obat-obatan dan pembedahan masih menjadi cara
terbaik. Seperti halnya saran-saran untuk penyakit paru-paru lain, penderita
TBC hendaknya jangan merokok.
Pencegahan Penyakit TBC
Agar orang yang sehat tidak tertular
penyakit TBC, ada dua jalan, yaitu tindakan dari orang yang sehat dan tindakan
dari penderita TBC itu sendiri. Usahakanlah penderita TBC tidak membuang ludah,
batuk dan bersin di sembarang tempat. Ada baiknya dilakukan di tempat yang
terkena sinar matahari langsung. Jadi, seperti yang dikatakan di atas, kamar
penderita TBC harus mendapatkan sinar matahari langsung. Sinar matahari akan
membunuh bakteri-bakteri TBC yang tersebar.
Ada baiknya bagi seorang yang sehat
menghindari kontak bicara pada jarak yang dekat dengan penderita TBC. Atau Anda
bisa menggunakan masker, namun hal ini masih tetap rentan. Bila penderita TBC
batuk atau bersin, sebaiknya orang yang sehat menutup mulut. Satu hal yang
perlu diperhatikan, yaitu arah angin. Jangan sampai angin berhembus mengarah ke
orang yang sehat setelah sebelumnya melalui orang yang menderita TBC. Bukan
mencegah arah anginnya, namun kita yang harus menghindari angin tersebut yang
bisa merupakan angin karena alam atau angin karena kipas angin dll. Ingat,
bakteri TBC bisa terbawa oleh angin.
Jemur tempat tidur penderita TBC di panas
matahari langsung, ini untuk menghindari hidupnya bakteri di tempat tidur
tersebut. Pada bayi, jangan pernah melewatkan imunisasi BCG, ini penting untuk
mencegah dari terserangnya penyakit TBC di kemudian hari.
Dari semua hal-hal diatas, daya tahan
tubuh orang yang sehat sangat berperan dalam mencegah penularan TBC. Karena
rasanya sulit untuk menghindari terhirupnya bakteri TBC di saat tinggal serumah
dengan penderita TBC. Bila seseorang itu memiliki daya tahan tubuh yang kuat,
walaupun bakteri TBC masuk, sistem pertahanan tubuhnya akan memusnahkannya. Apa
saja yang harus dilakukan untuk memiliki daya tahan tubuh yang kuat ini? Tidak
lain adalah rajin berolahraga, konsumsi cukup makanan yang seimbang, terapkan
pola hidup sehat seperti tidur yang cukup dan tidak merokok.
By : Raudya Dwi Tuzzahra
Email : raudyadtuzzahra@gmail.com
Blog : perawatahli89.blogspot.com
Email : raudyadtuzzahra@gmail.com
Blog : perawatahli89.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar