Hipertensi pulmonal merupakan penyakit yang jarang akan tetapi mempunyai tingkat
mortalitas yang tinggi. Peran vasodilator, menurut beberapa penelitian dapat
meningkatkan survival rate pasien hipertensi pulmonal. Beberapa laporan kasus
memperlihatkan efektifitas sildenafil sebagai PDE5 inhibitor dalam menurunkan tekanan
rata-rata arteri pulmonal.
Oleh karena itu sildenafil dapat dipertimbangkan sebagai pilihan
terapi untuk anak dengan hipertensi pulmonal. Hipertensi pulmonal merupakan suatu
keadaan terjadinya peningkatan tekanan
rata-rata arteri pulmonalis lebih dari 25
mmHg
pada saat istirahat atau lebih dari 30 mmHg
pada saat latihan.1,2mmHg
Pada keadaan normal tekanan arteri
pulmonalis (sistolik/diastolik) anak dan dewasa adalah
20/12 mmHg dan tekanan rata-rata arteri pulmonalis
adalah 15 mmHg.1
Hipertensi pulmonal primer pada umumnya
bersifat progresif dan berakibat fatal.
Hipertensi
pulmonal yang tidak teratasi (tanpa melihat etiologinya)
dapat menimbulkan gagal jantung kanan. Akhir-akhir ini dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan, teknologi dan tata laksana hipertensi
pulmonal, tampak menunjukkan harapan hidup pada
hipertensi pulmonal.3,5
Selama dekade terakhir ini, vasodilator merupakan
pilihan terapi yang utama sebagai obat penghambat
vasokontriksi arteri pulmonalis khususnya pada
hipertensi pulmonal primer.
Berbagai jenis obat-obatan
dari kelas yang berbeda telah dipergunakan pada pasien
hipertensi pulmonal seperti agonis adrenergik
(isoproterenol), vasodilator arteri (hidralazin), nitrat
(nitrogliserin), angiotensin converting enzyme inhibitor
(kaptopril) dan prostaglandin; tetapi sebagian besar dari
obat tersebut telah ditinggalkan mengingat efek samping
yang ditimbulkannya. Untuk itu para peneliti telah lama
mencari vasodilator ideal yang bekerja spesifik pada
pembuluh darah paru dan secara nyata menurunkan
tekanan arteri pulmonal.6,7
Sildenafil yang banyak dikenal sebagai obat
disfungsi seksual ternyata mempunyai peran yang
cukup besar dalam menurunkan tekanan arteri
pulmonal melalui perannya sebagai vasodilator. Dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan, penggunaan
sildenafil sebagai terapi tunggal maupun kombinasi
memperlihatkan efek samping yang minimal dan
efektifitas yang baik dalam terapi hipertensi pulmonal
khususnya pada hipertensi pulmonal primer. Akan dibahas penggunaan Sildenafil pada
anak dengan hipertensi pulmonal.
Farmakokinetik Sildenafil
Sildenafil merupakan phosphodiesterase-5 (PDE5)
inhibitor. Dibandingkan organ lainnya, PDE5
ditemukan lebih banyak di paru. Selain aktivitas
terhadap PDE5 sildenafil menunjukkan aktivitas
terhadap PDE lainnya. Secara invitro, aktivitas
sildenafil terhadap PDE5 10 kali lipat dibandingkan
126
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 3, Desember 2004
terhadap PDE6, 4000 kali dibandingkan terhadap
PDE3.7-12
Nitrit oksida pertama kali merangsang guanylate
cyclase. Enzim ini kemudian akan mengubah guanosine
triphosphate (GTP) menjadi cyclic 3’-5’- Guanosine
monophosphate (cGMP). cGMP kemudian mengaktivasi
protein kinase yang akhirnya akan merelaksasi otot
polos. Aktivitas cGMP tidak berlangsung terus menerus,
tetapi mengalami perubahan menjadi guanosine
monophosphate oleh PDE5 sehingga otot polos akan
mengalami konstriksi. Sildenafil sebagai phosphodiesterase-5
inhibitor akan menghambat pemecahan
cyclic guanosine monophosphate (cGMP). Akumulasi
cGMP akan menyebabkan relaksasi kembali otot polos
vaskular.7,8,12
Struktur kimia sildenafil terdiri dari 1-[[3-(6,7-
dihydro-1-methyl-7-3-propyl-1 H-pyrazolol[4,3-
d]pyrimidin-5-yl) -4- ethoxyphenylsulfonyl -4- methylpiperazine
cictrate. Sildenafil di absorpsi secara cepat
setelah pemberian peroral dengan bioavaibilitas sekitas
40%. Konsentrasi maksimum dalam plasma dicapai
dalam waktu 30-120 menit (rata-rata 60 menit).
Sildenafil dan metabolik utamanya (N-desmetyl)
keduanya mempunyai ikatan dengan protein plasma
sebesar 90%. Protein binding ini tidak tergantung pada
konsentrasi total obat.12
Sildenafil mengalami metabolisme melalui dua
jalur yaitu jalur mayor dan minor. Jalur mayor melalui
P450 2A4 dan jalur minor melalui 2C9 hepatic
microsomal isoenzymes. Zat metabolik utama yang
bersirkulasi berupa N-desmethyl. Metabolik ini
mempunyai kemampuan potensi sekitar 50%
dibandingkan sildenafil. Sesudah pemberian peroral,
sildenafil di ekskresikan dalam feses (80% dari kadar
peroral) dan urine (13% dari kadar peroral). Kadar
sildenafil meningkat pada pasien dengan gangguan
hati, gangguan ginjal dan pemberian bersama obatobatan
seperti eritromisin dan simetidin.12
Gambar 1. Mekanisme kerja Sildenafil
Sumber: Abrams D dkk, 2000
Gambar 2. Struktur kimia Sildenafil
Dikutip dari Prasad dkk. 200011
127
Sari Pediatri, Vol. 6, No. 3, Desember 2004
Penggunaan Sildenafil pada Anak
dengan Hipertensi Pulmonal
Sebelum terapi dengan prostasiklin ditemukan,
prognosis hipertensi pulmonal sangat buruk dengan
median kelangsungan hidup 10 bulan. Infus prostasiklin
tampaknya dapat mengurangi gejala dan
mortalitas; tetapi pemberian prostasiklin intravena
yang berlangsung terus menerus menimbulkan banyak
efek samping sehingga diperlukan terapi oral. Sampai
beberapa dekade yang lalu terapi oral yang efektif untuk
hipertensi pulmonal adalah dengan pemberian
nifedifin yang tidak selektif bekerja pada arteri
pulmonalis. Saat ini telah ditemukan sildenafil yang
relatif selektif bekerja pada arteri pulmonalis sehingga
dapat dipertimbangan sebagai terapi oral pada anak
dengan hipertensi pulmonal, walaupun penelitian
klinis terhadap penggunaan sildenafil pada anak
dengan hipertensi pulmonal masih sedikit dan sebagian
besar hanya berupa laporan kasus.7
Abrams dkk. melaporkan pemberian sildenafil
(dosis 2 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) pada seorang
anak perempuan berusia 4 tahun yang menderita
hipertensi pulmonal primer. Pada awalnya pasien ini
diobati dengan pemberian nitrit oksida dan prostasiklin.
Tetapi tidak menunjukkan hasil yang
memuaskan, sehingga kemudian diberikan sildenafil.
Pemberian sildenafil (4 minggu) menunjukkan
saturasi oksigen meningkat dan dapat mencapai 98%
dan tidak mengalami penurunan pada saat menjalani
tes jalan kaki selama 6 menit.8
Penelitian Mchelakis dkk. menunjukkan peran
sildenafil dalam menurunkan tekanan arteri pulmonal
rata-rata dan tidak mempunyai efek inotropik negatif.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terapi
kombinasi antara sildenafil dan nitrit oksida inhalasi
yang bersifat vasodilator pulmonal tidak menyebabkan
efek sistemik. Mekanisme ini berkaitan erat dengan efek
sinergisme dalam meningkatkan kadar cGMP. Dosis
sildenafil yang diberikan pada penelitian ini kurang dari
100 mg. Maksimal efek hemodinamik dicapai pada dosis
25 mg dengan durasi sekitar 30 menit.9
Kothari dan Duggal, melakukan penelitian
terhadap 14 pasien dengan usia antara 5-30 tahun
yang menderita hipertensi pulmonal (9 hipertensi
pulmonal primer dan 5 pasca bedah penyakit
jantung bawaan). Pemberian sildenafil dimulai
dengan dosis kecil dan dinaikkan secara bertahap.
Dosis rata-rata yang digunakan sebesar 87,5 mg/hari
pada anak dengan berat badan < 30 kg dan 150 mg/
hari anak dengan berat badan > 30 kg. Parameter yang
dinilai berupa kelas fungsional dari New York Heart
Association (NYHA), tes berjalan selama 6 menit dan
ekokardiografi. Dengan rata-rata pengamatan selama
7,3 + 2,4 bulan (rentang waktu 3-14 bulan), terjadi
penurunan kelas fungsional dari NYHA dari
3,31+0,75 menjadi 2,0+0,71 (p<0,002). Terjadi
peningkatan jarak tempuh berjalan selama 6 menit
dari 264,1+193,7 meter menjadi 408,2+156,97 meter
selama 3 bulan (P<0,001) dan 453,2+159,81
(p<0,0001) selama 6 bulan. Tekanan sistolik ventrikel
kanan menurun dari 112,40+45,21 menjadi
101,86+47,86 mmHg (P<0,002). Rata-rata tekanan
arteri pulmonal menurun dari 62 mmHg menjadi
47 mmHg pada 4 pasien dengan hipertensi pulmonal
primer setelah pemberian selama 7 bulan sildenafil.13
Carroll dan Dhillon (2003) melaporkan tiga anak
dengan hipertensi pulmonal masing masing akibat
penyakit jantung bawaan, pneumonitis interstitial, dan
bayi berat badan lahir rendah ternyata menunjukkan
penurunanan tekanan arteri pulmonalis yang berbeda
beda, walaupun dua diantara pasien tersebut
meninggal. Carroll mengemukakan efek sildenafil
terhadap penurunan rata rata tekanan arteri pulmonalis
tidak tergantung pada penyakit dasarnya. Atas dasar
itu Carol dan Dhillon mengemukakakan kemungkinan
penggunaan sildenafil pada anak dengan hipertensi
pulmonal akibat berbagai keadaan, khususnya
hipertensi pulmonal primer, kelainan paru kronik berat
dan hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru
lahir.14
Dosis yang direkomendasikan untuk bayi maupun
anak anak adalah dosis permulaan yang diberikan 0,5
mg/kgBB setiap 6 jam dengan peningkatan dosis 0,5
mg/kgBB/dosis sampai tercapai dosis 2 mg/kgBB tiap
6 jam. Walaupun waktu paruh sildenafil relatif pendek
tetapi tidak dianjurkan untuk meningkatkan frekuensi
pemberian sildenafil.14
Sampai saat ini masih belum banyak penelitian
tentang penggunaan sildenafil pada anak dengan
hipertensi pulmonal maka maka perlu dilakukan
multicentre randomised controlled trial untuk
menentukan keamanan dan efektivitasnya. Walaupun
demikian dengan mempertimbangkan prognosis yang
buruk dan terapi oral lain yang terbukti kurang efektif,
tampaknya pada saat ini sildenafil dapat dipertimbangkan
sebagai terapi hipertensi pulmonal pada
anak.
by : Cendikia Perwari
Email : Cendikiaperwari08@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar