Kanker pankreas adalah penyakit
yang disebabkan oleh tumbuhnya tumor di dalam pankreas. Pankreas adalah sebuah
kelenjar besar yang merupakan bagian dari sistem pencernaan dan memiliki
panjang sekitar 15 cm. Kanker pankreas bisa dialami oleh pria maupun wanita,
dan biasanya terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut atau di atas 75
tahun.
Pankreas memiliki fungsi yang
penting bagi tubuh karena memproduksi enzim pencernaan yang berfungsi
menguraikan makanan agar dapat diserap oleh tubuh. Selain itu, pankreas juga
memproduksi hormon, termasuk insulin, yang berfungsi menjaga kestabilan kadar
gula darah dalam tubuh.
Gejala Kanker Pankreas
Kanker pankreas pada tahap awal
biasanya tidak menimbulkan gejala dan oleh karena itu diagnosis menjadi lebih
sulit untuk dilakukan. Gejala kanker pankreas pada tahap lanjut tergantung
bagian kelenjar pankreas yang terjangkit karena pankreas memiliki dua jenis
jaringan kelenjar. Pertama adalah kelenjar yang memproduksi enzim pencernaan
atau disebut dengan kelenjar eksokrin. Kedua adalah kelenjar yang memproduksi
hormon, atau disebut juga dengan kelenjar endokrin.
Kelenjar eksokrin merupakan
kelenjar yang paling sering terjangkit kanker pankreas dengan gejala yang
umumnya terjadi seperti penyakit kuning, kehilangan berat badan, dan nyeri
punggung atau nyeri perut.
Selain beberapa gejala yang
disebutkan di atas, ada beberapa gejala kanker pankreas lain seperti berikut:
Diabetes
Demam dan menggigil
Gatal
Darah mudah menggumpal
Mual dan muntah
Gangguan pencernaan
Perubahan pola buang air besar
Hilangnya selera makan
Demam
Penyebab Kanker Pankreas
Sampai saat ini penyebab
seseorang terkena kanker pankreas masih belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang terkena kanker pankreas
seperti berikut ini.
Diabetes dapat meningkatkan
risiko seseorang terkena kanker pankreas. Sebaliknya, tumor ganas yang tumbuh
di pankreas juga bisa menjadi penyebab terjadinya diabetes.
Bakteri helicobacter pylori yang
menyebabkan infeksi lambung diperkirakan dapat sedikit meningkatkan risiko
seseorang terkena kanker pankreas.
Merokok dapat meningkatkan risiko
terjangkit kanker pankreas karena racun dan zat kimia berbahayanya bisa
menyebabkan jaringan dan organ dalam tubuh mengalami iritasi dan peradangan.
Berusia di atas 75 tahun.
Orang-orang yang tidak banyak
melakukan aktivitas fisik, memiliki kelebihan berat badan atau obesitas, dan
tidak membiasakan pola makan yang sehat.
Pernah menderita peradangan pada
pankreas atau pankreatitis.
Memiliki anggota keluarga dekat
yang menderita kanker pankreas.
Selain faktor-faktor risiko
seperti yang disebutkan di atas, ada juga faktor risiko lainnya yang bisa
meningkatkan risiko terjangkit kanker pankreas, yaitu orang-orang yang banyak
mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan dan penderita hepatitis kronis.
Diagnosis Kanker Pankreas
Diagnosis kanker pankreas pada
tahap awal sulit untuk dilakukan karena sering tidak menimbulkan gejala pada
penderita. Pemeriksaan fisik untuk memeriksa kanker pankreas sulit untuk
dilakukan karena letak pankreas cukup tersembunyi di dalam tubuh dan
dikelilingi bagian dari usus.
Berikut ini adalah beberapa tes
yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis kanker pankreas:
Tes pencitraan organ dalam tubuh
seperti ultrasound scan, CT, MRI, dan PET scan. Selain itu, endoluminal
ultrasonography (EUS) juga dapat dilakukan jika CT scan atau MRI scan yang
telah dilakukan masih kurang jelas. Endoskop atau alat kamera kecil akan
dimasukkan melalui mulut menuju lambung untuk memotret kondisi pankreas.
Laparoskopi atau pembedahan
‘lubang kunci’ di daerah perut untuk memasukkan mikroskop kecil yang disebut
dengan laparoskop , untuk melihat organ-organ di dalam rongga perut dan
panggul.
Endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP) hampir sama dengan EUS, yaitu proses memasukkan
endoskop melalui mulut dan menuju lambung. Namun endoskop dalam proses ERCP
digunakan untuk menyuntikkan pewarna khusus ke saluran pankreas dan empedu guna
mengetahui keberadaan tumor yang menyumbat. Tes ini dilakukan jika seseorang
menderita penyakit kuning.
Biopsi atau proses pengambilan
sampel sel yang dicurigai sebagai tumor untuk diperiksa di bawah mikroskop.
Alat kecil yang menempel pada endoskop dapat digunakan untuk biopsi saat
melakukan prosedur laparoskopi, ERCP atau EUS.
Tahapan kanker terbagi atas empat
tahap atau yang biasa disebut dengan stadium. Dokter akan menggolongkan stadium
kanker berdasarkan diagnosis yang telah dilakukan. Di bawah ini adalah
penggolongan stadium kanker pankreas:
Jika kanker hanya terdapat di
pankreas dan belum menyebar ke bagian lain, disebut dengan stadium I.
Jika kanker telah menyebar ke
jaringan dan organ tubuh yang dekat dengan pankreas, atau mungkin telah
menjangkiti kelenjar getah bening, disebut dengan stadium II.
Jika kanker telah menyebar lebih
ke pembuluh darah besar di sekitar pankreas dan mungkin telah menjangkiti nodus
limfa, disebut dengan stadium III.
Jika kanker telah menyebar luas
ke organ tubuh lain seperti paru-paru, hati, serta peritoneum atau membran yang
melapisi rongga perut, disebut dengan stadium IV.
Perawatan Kanker Pankreas
Perawatan kanker pankreas pada
tiap pasien berbeda-beda karena ada beberapa faktor yang menentukan jenis
perawatan yang dilakukan seperti berikut ini:
Bagian pankreas yang terjangkit
kanker.
Luas penyebaran kanker atau
stadium yang diderita.
Usia pasien.
Kesehatan pasien secara
menyeluruh.
Pilihan atau preferensi perawatan
pasien.
Perawatan pada pasien kanker
pankreas bertujuan untuk mengangkat tumor dan sel kanker lainnya di dalam
tubuh. Namun jika hal ini tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka dokter akan
melakukan perawatan yang bertujuan untuk mencegah tumor tumbuh lebih besar
karena bisa menyebabkan munculnya bahaya lebih lanjut. Selain itu, perawatan
yang dilakukan berguna untuk meredakan gejala yang dialami, dan membuat pasien
bisa merasa nyaman.
Perawatan atau proses penyembuhan
kanker akan jauh lebih sulit jika tumor yang muncul di dalam tubuh berukuran
besar atau telah menyebar. Diskusikan dengan dokter dan anggota keluarga untuk
memilih jenis perawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda alami. Berikut ini
adalah beberapa jenis perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kanker
pankreas.
Operasi
Jenis perawatan kanker pankreas
yang paling banyak dilakukan adalah dengan melakukan operasi karena bisa
mengobati kanker pankreas hingga sembuh sepenuhnya. Namun tidak semua penderita
kanker pankreas bisa melakukan operasi, hanya 1 dari 5 pasien yang cocok untuk
melakukan operasi pengangkatan tumor.
Ada beberapa faktor yang dapat
menentukan keberhasilan operasi pengangkatan tumor, antara lain:
Tumor belum menyebar ke bagian
tubuh lain.
Tumor tidak tumbuh di sekitar
pembuluh darah yang penting.
Pasien memiliki kesehatan yang
baik secara menyeluruh.
Berikut ini adalah beberapa
prosedur operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kanker pankreas:
Operasi yang paling banyak
dilakukan adalah operasi Whipple, yaitu untuk mengangkat kepala pankreas. Dalam
operasi ini, dokter juga mungkin mengangkat bagian pertama usus kecil, kantong
empedu, bagian saluran empedu, dan terkadang sebagian dari lambung. Sekitar 30
persen pasien yang telah melakukan operasi Whipple memerlukan obat enzim untuk
membantu mencerna makanan. Operasi ini memiliki waktu pemulihan yang lebih
cepat dibandingkan operasi pengangkatan pankreas total.
Operasi pancreatectomy total
untuk mengangkat seluruh pankreas. Selain itu, operasi ini juga mengangkat
organ limpa, saluran empedu, sebagian usus kecil, kantong empedu, kelenjar
getah bening sekitar pankreas, dan terkadang sebagian dari lambung. Pasien yang
telah melakukan operasi ini perlu mengonsumsi enzim untuk membantu mencerna
makanan. Pengangkatan organ pankreas yang berfungsi memproduksi insulin akan
membuat pasien menderita diabetes juga. Selain itu, pasien harus mengonsumsi
antibiotik penisilin seumur hidup dan vaksinasi rutin untuk mencegah terkena
infeksi dan penggumpalan darah akibat pengangkatan organ limpa.
Operasi pancreatectomy distal
untuk mengangkat bagian tubuh dan ekor pankreas tapi membiarkan kepala
pankreas. Operasi ini juga mengangkat sebagian lambung, sebagian usus besar,
ginjal sebelah kiri, kelenjar adrenal bagian kiri, dan kemungkinan diafragma
bagian kiri juga akan diangkat.
Jika tidak bisa disembuhkan,
operasi untuk meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman bisa dilakukan.
Operasi ini menggunakan ERCP untuk meletakkan stent atau tabung pembuka di
dalam saluran empedu untuk mencegah penumpukan unsur bilirubin yang menyebabkan
penyakit kuning. Operasi bypass yang menghambat saluran empedu dapat dilakukan
jika penggunaan stent tidak cocok untuk pasien. Saluran empedu yang tersumbat
akan dipotong bagian atasnya dan disambungkan kembali ke usus agar bisa
menyalurkan cairan empedu.
Proses pemulihan pascaoperasi
kanker pankreas harus diperhatikan karena memerlukan waktu yang panjang.
Berikut ini adalah beberapa hal yang patut diperhatikan dalam proses pemulihan
pascaoperasi kanker pankreas:
Pastikan obat pereda sakit sesuai
dan dalam dosis cukup untuk masa pascaoperasi.
Pasien tidak bisa segera makan
atau minum setelah menjalani operasi karena sistem pencernaan seperti usus
memerlukan waktu untuk pulih.
Sebelum pasien bisa makan dan
minum secara lebih teratur, pasien akan menyesap cairan secara perlahan-lahan.
Serangkaian kemoterapi selama
enam bulan biasanya disarankan setelah operasi. Hal ini sangat berdampak besar
bagi peluang kesembuhan pasien.
Kemoterapi
Untuk membinasakan sel kanker
ganas di dalam tubuh atau mencegah pertumbuhannya, pasien dapat melakukan
kemoterapi dengan obat-obatan antikanker. Kemoterapi dapat dilakukan sebelum
atau setelah operasi, atau jika operasi tidak bisa dilakukan. Obat kemoterapi
memiliki dua bentuk, yaitu yang dikonsumsi secara langsung dan yang diberikan
melalui infus.
Kemoterapi memiliki banyak efek
samping karena dapat menyerang sel-sel yang sehat dan normal. Efek samping yang
dapat terjadi, antara lain sariawan, letih, mual, dan muntah. Selain itu,
kemoterapi juga dapat meningkatkan risiko terkena infeksi. Efek samping yang
dialami pasien akibat melakukan kemoterapi biasanya hanya sementara dan akan
mereda begitu perawatan selesai dilakukan.
Risiko terkena efek samping akan
meningkat jika pasien menjalani kombinasi pengobatan kemoterapi, namun hal ini
bisa memperbesar kemungkinan untuk mengendalikan atau memperkecil kanker yang
diderita.
Radioterapi
Untuk membantu memperkecil tumor
dan meredakan rasa sakit yang diderita, pasien dapat melakukan terapi kanker
menggunakan sinar radiasi energi tinggi yang disebut dengan radioterapi. Bagi
pasien yang tidak bisa melakukan operasi untuk mengatasi kanker, biasanya
dokter akan menyarankan untuk melakukan perawatan kombinasi kemoterapi dan
radioterapi.
Namun terapi ini memiliki
beberapa efek samping, seperti hilangnya nafsu makan, mual, muntah, letih,
diare, dan ruam kulit. Efek samping yang dialami pasien akibat melakukan
radioterapi biasanya hanya sementara dan akan mereda begitu perawatan selesai
dilakukan.
By : Raudya Dwi Tuzzahra
0 komentar:
Posting Komentar