Pentingnya Peran Keluarga Pada Anak Autis


Autis adalah gangguan perkembangan pervasive (meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam) pada anak yang dapat dilihat dengan adanya gangguan dan keterlambatan berkomunikasi, gangguan bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, perasaan social serta gangguan dalam perasaan sensoris. Tidak mudah memang memiliki anak dengan autisme, namun peran orang tua ataupun kelurga adalah kunci keberhasilan mendidik anak autis agar bisa menjadi mandiri. Orang tua atau anggota keluarga harus mengetahui bagaimana melakukan pendekatan dan perawatan, selain itu sebaiknya orang tua atau keluarga bekerja sama dengan dokter atau spesialis autis dalam menangani anak autisme. Tanyakan kepada dokter atau menghubungi yayasan autis untuk mengetahui pelatihan dan cara mengelola gejala. Pendidikan terapi autis untuk keluarga dengan anak autis dapat mengurangi tingkat stress keluarga dalam menghadapai anak autis. Memahami kondisi anak dan mengetahui apa yang diingikannya merupakan bagian penting dari membantu anak anda mengambangkan kemandiriannya.
Pentingnya keluarga belajar tentang perawatan autisme adalah agar ketika anak tumbuh menjadi anak dewasa, anak anda bisa menjadi hidup mandiri karena beberapa orang dewasa dengan autisme dapat hidup mandiri, bekerja, layaknya seperti orang lain yang normal diusianya. Tujuan orang tua ataupun keluarga mempelajari perawatan autis adalah agar :
  1. Dapat mengidentifikasi dan mengelola gejala autis dengan kondisi terkait
  2. Anak autis dapat berinteraksi dengan keluarga dan teman sebaya serta dapat menyesuaikan dengan lingkungan yang berbeda dan keterampilan sosial dan komunikasi.
Membesarkan anak autis adalah tantangan tersendiri untuk orang tua maupun anggota keluarga. Butuh kesabaran dan ketelatenan namun yang paling penting adalah memperbanyak pengetahuan tentang bagaimana mendidik dan merawat anak autisme agar menjadi anak yang mandiri. 
Penting bagi orang tua untuk mengenali sedini mungkin gejala-gejala autis. Meskipun sulit, gejala dan tanda autisme sebenarnya dapat diamati sejak dini. Gejala yang tampak dan harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak dengan usia :
Usia 0-6 bulan
Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis).
Cepat terganggu/terusik (terlalu sensitif)
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama saat mandi
Tidak adanya senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak adanya kontak mata diatas umur 3 bulan 
Perkembangan motor halus/kasar sering tampak normal
Usia 6-12 bulan
Bila digendong kaku
Acuh dengan permainan sederhana (ciluk ba)
Tidak mengeluarkan kata
Menyukai mainan yang tidak lazim, tidak suka boneka
Memperhatikan tangan sendiri
Adanya keterlambatan dalam perkembangan motor halus/kasar
Ada kemungkinan tidak dapat menerima makanan cair
Usia 2-3 tahun
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
Melihat orang seperti benda
Terbatasnya kontak mata
Tertarik pada benda tertentu
Bila digendong kaku
Usia 4-5 tahun
Sering melakukan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang tidak wajar (nada datar atau tinggi)
 Marah bila rutinitas yang biasa diubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
Agresif
Tidak semua anak penyandang autis memenuhi kriteria spektrum autis. Gejala setiap anak bisa jadi berbeda. Daftar tersebut dapat digunakan orang tua agar waspada untuk segera memberi penanganan anak yang berpeluang autis kepada dokter ahli. Banyak tawaran untuk menyembuhkan autisme seperti terapi, obat dan suplemen. Perlu diingat, anak bukanlah kelinci percobaan. Orang tua harus berhati-hati dan memperbanyak pemahaman mengenai autisme. Ada beberapa terapi yang diaku. Jangan lupa, autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga diperlukannya waktu yang cukup lama, terapi juga harus dilakukan secara terpadu dan hasil perkembangan pada anak pun berbeda. Terapi itu diantaranya :
Applied Behavioral Analysis (ABA)
Terapi Wicara
Terapi Okupasi
Terapi Fisik (Fisioterapi dan integrasi sensoris)
Terapi Sosial
Terapi Bermain
Terapi Perilaku
Terapi Perkembangan
Terapi Visual
Ada beberapa hal yang dapat membantu menstimulasi perkembangan anak, orang tua bisa melakukannya di rumah :
Berikan stimulasi 2 arah
Aktiflah berbicara pada anak Anda
Berikan dorongan pada anak sehingga anak mau bertanya
Ajak bermain dan dengarkan anak
Bila menjelang tidur, bacakan cerita
Tunjukan bendanya saat mengajarkan suatu nama benda
Ajarkan lagu yang disukai
Rencanakan untuk berjalan-jalan
Orang tua adalah faktor penyembuh anak autis paling mujarab. Jadilah sosok orang tua yang “istimewa” bagi anak autis adalah penentu keberhasilan sang anak mengatasi autismenya. Tentu bukan hal yang mudah, hadirnya anak autis dalam keluarga menyebabkan perubahan cukup besar dalam berbagai aspek kehidupan. Terima dengan lapang dada. Menerima anak autis sungguh sangat sulit. Pada masa tumbuh kembang, si anak tidak menampakan perkembangan secara normal membuat resah hati orang tua. Dibutuhkan kesiapan mental dan fisik serta kesabaran orang tua. Kepribadian masing-masing orang tua yang menentukan mampu atau tidaknya orang tua untuk menerima anak autis. Apabila orang tua masih sulit untuk menerima, bantuan dari pihak luar adalah jalan terbaik. Mendekatkan diri kepada Tuhan juga mampu membantu orang tua dalam proses penerimaan.
Ada banyak organisasi orang tua dengan anak autis. Untuk lebih membantu, maka sebagai orang tua bergabunglah. Dengan anggota yang memiliki nasib yang sama akan memperkuat hati orang tua untuk menerima anak autis, satu sama lain akan saling berbagi pengalaman, saling mendukung dan menguatkan. Tumbuh dengan sendirinya rasa siap untuk melakukan treatment dan pengobatan untuk sang anak. Bukan perkara yang mudah untuk mengasuh anak autis. Kerjasama dalam mengasuh anak autis sangat diperlukan. Jangan sampai perceraian orang tua terjadi hanya karena saling menyalahkan satu sama lain akan kondisi sang anak. Mengingat anak autis membutuhkan perhatian besar dan pengasuhan khusus, sangat diharapkan anggota keluarga seperti adik dan kakak kandungnya dapat pula menerima kenyataan tanpa harus mengenyampingkan sang anak autis. Untuk mencapai hal tersebut, saudara-saudara sang anak autis dapat turut bergabung dalam organisasi atau kelompok yang beranggotakan orang-orang yang memiliki saudara kandung penyandang autis. Sehingga dapat berbagi pengalaman dan menemukan cara untuk memahami kondisi tersebut. Masalah kemandirian merupakan suatu kekhawatiran terbesar bagi orang tua, karena ketika sang anak tumbuh dewasa, sang anak harus dapat hidup mandiri, bekerja dan mencari nafkah. Apalagi jika tingkatan autis yang dialami sang anak berbeda pada tingkatan autis yang berat. Kemandirian adalah hal utama untuk dipelajari bagi anak autis. Bukan hanya sekadar belajar membaca dan menulis. Selain itu, anak autis juga harus belajar untuk focus terhadap sesuatu, misalnya memperhatikan atau menatap ketika seseorang sedang berbicara padanya.
Peran maksimal dari orang tua juga sangat penting. Dalam proses pertumbuhan anak autis, peran orang tua sangatlah besar. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan orang tua :
Sikap ikhlas dan tegar saat menerima anak autis
Hindari sikap defensive
Carilah berbagai informasi mengenai penanganan anak autis. 
Lakukan konsultasi dengan tenaga medis dan professional dibidang tersebut
Buat susunan rencana penanganan yang baik dan sesuai dengan karakteristik dan tingkat autisme anak bersama tenaga ahlinya. Orang tua harus mematuhi program-program yang telah dirancang oleh tenaga ahli untuk sang anak  1. Program latihan 2. Program makan 3. Pemberian obat

By: Angestika Rahmawati  
Email: angestika96@gmail.com
Blog: www.perawatanges.blogspot.co.id
Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar