
A. Kebanyakan orang tua
‘terlambat’ menyadari pentingnya membiasakan pola pada si kecil
Banyak orang tua yang menganggap
bahwa tidak perlu diajarkan sejak dini karena nantinya si kecil akan bisa
dengan sendirinya. Akibatnya seringkali banyak anak yang meskipun sudah
memasuki usia sekolah sulit melepaskan ketergantungannya pada .
B. Kebingungan orang tua mengenai
kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan si kecilParadigma orang tua mengenai
‘tingkat kedewasaan’ si kecil seringkali menjadi faktor penghambat dalam
mengajarkan si kecil . Si kecil seringkali dianggap masih terlalu cepat untuk
diajarkan kepekaan ataupun pola kebiasaan buang air kecil dan buang air besar
yang benar di toilet.
C. ‘Kenyamanan’ orang tua memakai
popok sekali pakai
Popok sekali pakai memang sangat
praktis bagi orang tua maupun pengasuh dikarenakan beberapa pertimbangan;
diantaranya : hemat waktu, kebersihan si kecil, dan lain sebagainya.
Hal ini berdampak pada kurang
terlatihnya kepekaan si kecil untuk buang air kecil dan buang air besar,
misalnya saja dengan menggunakan cairan sangat mudah diserap sehingga permukaan
akan tetap kering, dengan demikian tentunya si kecil tetap akan merasa nyaman
dan tidak menyadari bahwa ia baru saja buang air kecil.
D. Kesabaran orang tua dalam
mengajarkan proses
Kesiapan si kecil untuk memahami
tahap-tahap tentunya berbeda Beberapa anak usia 15-18 bulan sudah dapat
memahami ataupun mengekspresikan keinginannya ketika akan buang air kecil dan
buang air besar. Untuk anak-anak di luar usia ini mungkin akan berbeda.
Dalam mengajarkan dibutuhkan waktu
dan proses yang tidak instan. Banyak ‘kegagalan’ yang akan dialami, misalnya
ketika si kecil menggunakan celana kain dalam kegiatannya sehari-hari. Adalah
mungkin si kecil akan buang air kecil dan buang air besar di sembarang tempat,
sehingga orang tua akan lebih direpotkan untuk membersihkannya.
Banyak metode yang dapat Anda
gunakan untuk mengajarkan si kecil . Berikut cara mudah yang saya terapkan pada
si kecil sesuai perkembangan usianya:
1. Penggunaan popok kain/celana
kain/ sejak bayi
Gunakan popok kain / celana kain
sejak bayi, sepanjang hari (sebelum waktu tidur malam si kecil). Hal ini
bertujuan agar si kecil terbiasa ‘peka’ merasakan perbedaan popok kain / celana
kain yang basah dan yang kering.Pembiasaan sejak awal ini akan melatih si kecil
merasa tidak nyaman. Pada rentang usia ini si kecil akan menangis ataupun
gelisah apabila popok / celananya basah ( untuk malam hari, sebaiknya tetap
gunakan sekali pakai agar tidur si kecil tidak terganggu dan ibu dapat
menyimpan tenaga dan tidak perlu sering terbangun untuk mengganti popoknya yang
basah)
2. Penerapan untuk BAB (Buang Air
Besar) (mulai usia 6 bulan ke atas)
Ketika si kecil memasuki usia 6-8
bulan si kecil sudah dapat duduk. Biasakan untuk membawa si kecil ke kamar
mandi ketika BAB. Di usia ini si kecil belum dapat berbicara langsung namun
sejak lahir si kecil akan menunjukkan perubahan mimik muka ataupun gerakan
tubuh. Hal tersebut adalah salah satu cara yang dapat digunakan orang tua untuk
mengetahui ‘pesan’ yang dikomunikasikan si kecil bahwa ia ingin BAB.Perhatikan
perubahan mimik muka ataupun gerakan tubuh si kecil ketika akan BAB, misalnya
tiba-tiba si kecil terdiam saat sedang beraktivitas; si kecil menjadi gelisah
dan sulit untuk diam / tenang.Setelah melihat adanya perubahan tersebut, bawa
si kecil ke kamar mandi. Dudukkan pada kloset / pispot. Usahakan jangan
terburu-buru ataupun panik ketika membawa si kecil ke kamar mandi, agar si
kecil tidak kaget dan takut. Apabila si kecil menjadi kaget dan takut karena
sikap orang tua yang terlalu terburu-buru, akan mengakibatkan si kecil tidak
jadi BAB.Membiasakan si kecil untuk BAB di kloset / pispot di kamar mandi akan
membuat si kecil belajar.Seiring waktu, si kecil akan mengkomunikasikan dengan
caranya apabila ia ingin BAB, misalnya gerakan tubuh (meminta digendong ataupun
ke luar dari kursi makannya) yang disertai suara tertentu.
3. Penerapan untuk BAK (Buang Air
Kecil) (mulai usia 15 bulan ke atas)
Bawa si kecil ke kamar mandi
untuk BAK pada waktu-waktu tertentu; misalnya ketika si kecil baru bangun tidur
di pagi hari, lepaskan dari nya dan ajak ke kamar mandi untuk BAK. Kemudian,
cobalah ajak lagi si kecil ke kamar mandi untuk BAK 15 menit kemudian. Jika si
kecil belum ingin BAK, jangan memaksanya, mundurkan siklusnya menjadi per 30
menit atau mungkin per 1 jam.Membiasakan siklus BAK akan merangsang si kecil
belajar BAK di kamar mandi.gunakan celana kain yang mudah dilepas yang
memudahkan si kecil atau orang tua untuk melepasnyaHal ini akan mencegah si
kecil malas untuk BAK di kamar mandi karena kesulitan melepaskan celananya.Kebiasaan
penggunaan celana kain akan melatih kepekaan si kecil akan perbedaan kenyamanan
antara basah dan kering.Jangan menekan si kecil apabila ia ‘gagal’ BAK di kamar
mandi. Dalam proses , hal ini adalah wajar.Berikan PUJIAN ataupun ekspresi yang
gembira ketika si kecil berhasil BAK dan BAB di kamar mandi Di usia ini
kebanyakan anak sudah cukup dapat memahami instruksi sederhana maupun perbedaan
ekspresi emosi yang ditunjukkan orang tuanya.
Langkah-langkah di atas dapat
diterapkan tanpa menggunakan peralatan khusus ataupun metode yang rumit, yang
diperlukan hanya kesabaran dan ketelatenan orang tua.
posted by : Dwi Lestari
email : duwilyu@gmail.com
blog : tentangmedis.blogspot.com
email : duwilyu@gmail.com
blog : tentangmedis.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar