Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone
marrow transplantation).Sumsum tulang
adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti tulang
pinggang, tulang dada, tulang punggung, dan tulang rusuk. Sumsum tulang
merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoietik. Sejak dilakukan pertama
kali kira-kira 30 tahun yang lalu, transplantasi sumsum tulang digunakan
sebagai bagian dari pengobatan leukemia,
limfoma jenis tertentu, dan anemia aplastik. Karena teknik dan angka
keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian transplantasi sumsum tulang
sekarang ini semakin meluas. Pada transplantasi ini prosedur yang dilakukan
cukup sederhana, yaitu biasanya dalam keadaan teranestesi total. Sumsum tulang (sekitar 600
cc) diambil dari tulang panggul donor dengan bantuan sebuah jarum suntik
khusus, kemudian sumsum tulang itu disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor
berpindah dan menyatu di dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai
berproliferasi.
Pada akhirnya, jika semua berjalan lancar,
seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan sumsum tulang yang baru.
Namun, prosedur transplantasi sumsum tulang memiliki kelemahan karena sel darah putih
resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum tulang
yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel
darah putih yang diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi.
Transplantasi sumsum tulang memerlukan kecocokan HLA
6/6 atau paling tidak 5/6.
Transplantasi dapat berupa:
Transplantasi autologus (menggunakan sel
induk pasien sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi dosis
tinggi)
Transplantasi alogenik (menggunakan sel
induk dari donor yang cocok, baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan
keluarga), atau
transplantasi singenik(menggunakan sel
induk dari saudara kembar identik.
Transplan dari donor yang berasal dari keluarga
yang cocok (MFD), donor yang tak ada hubungan darah yang cocok (MUD), dan donor
darah umbilical cord (Struktur lentur yang menghubungkan umbilikus embrio dan
fetus dengan plasenta dan tempat melintasnya arteriae dan vena umbilikalis)
yang tidak memiliki hubungan darah tetapi cocok, semuanya menunjukkan angka
memburuknya kondisi yang serupa, walaupun angka kematian paling tinggi
sehubungan dengan transplan adalah dengan MUD dan seringkali disebabkan oleh
infeksi. Untuk itu perlindungan ekstra secara medis biasanya diberikan pada
penerima transplan MUD untuk melindungi anak dari Penyakit Graft (jaringan atau
organ untuk transplantasi) melawan Host (penerima) (GVHD). Pasien JMML
diperbolehkan melakukan transplan MUD jika tak ada MFD yang tersedia mengingat
rendahnya kemungkinan hidup tanpa transplan sumsum tulang.
Transplantasi sumsum tulang resikonya antara lain
adanya reaksi penolakan yaitu graft versus host disease (GVHD). Selain itu
dapat juga terjadi infeksi, perdarahan dan efek samping lainnya yang
berhubungan dengan pemberian kemoterapi dosis tinggi atau radiasi yang diterima
penderita. Risiko lainnya adalah timbulnya penyakit GvHD,
di mana sumsum tulang yang baru menghasilkan sel-sel aktif yang secara
imunologi menyerang sel-sel resipien. Selain itu, risiko kontaminasi virus
lebih tinggi dan prosedur pencarian donor yang memakan waktu lama.
Persiapan Terapi Perawatan Medis:
Penelitian JMML COG melibatkan 8 bagian proses
radiasi keseluruhan tubuh (TBI) dan pengobatan siklophosphamida untuk
mempersiapkan tubuh anak penderita JMML untuk transplan sumsum tulang. Walaupun
begitu penggunaan TBI masih diperdebatkan karena kemungkinan efek samping
jangka panjang seperti pertumbuhan yang lambat, mandul, ketidakmampuan belajar,
dan kanker tambahan, dan fakta bahwa radiasi dapat menyebabkan efek yang sangat
merusak pada anak-anak yang masih kecil. Bagaimanapun ini masih dipakai dalam
penelitian, dengan mempertimbangkan bahwa kemoterapi saja tidak akan mampu
membunuh sel JMML yang tidak aktif. Penelitian JMML EWOG-MDS mengganti TBI
dengan busulfan berdasarkan pada penelitian mereka sendiri yang menunjukkan
bahwa busulfan lebih efektif melawan leukimia pada JMML dibanding dengan
penggunaan TBI. Penelitian EWOG-MDS juga melibatkan siklophosphamida dan
melphalan pada persiapan terapi perawatan medis tersebut.
Graft melawan leukemia sudah sangat sering
menunjukkan peran pentingnya dalam penyembuhan JMML, dan seringkali terlihat
pada anak setelah melakukan transplan sumsum tulang mengalami Penyakit Graft
melawan Host (GVHD) yang akut atau kronis. Terlihatnya GCHD akut maupun kronis
berhubungan dengan angka penurunan kondisi yang buruk dalam JMML.
Perawatan hati-hati menggunakan obat pencegah
respon imun (imunosupresi) untuk mengontrol GVHD sangat penting dalam JMML;
anak-anak yang menerima lebih sedikit pencegahan penyakit dengan cara ini akan
lebih berpotensi mengalami penurunan kondisi. Setelah transplan sumsum tulang,
pengurangan secara bertahap terapi imunosupresif bekerja sangat baik untuk
membalikkan arah sumsum tulang dengan menurunkan persentase donor dan mencegah
penurunan kondisi. Sebaliknya, infusi limfosit donor (DLI), tidak terlalu
sering berhasil dalam menyembuhkan anak-anak dengan JMML
Penurunan Kondisi
Setelah transplan sumsum tulang, angka penurunan
kondisi anak-anak dengan JMLL setinggi 50%. Penurunan kondisi serinkali terjadi
pada beberapa bulan setelah transplan dan resiko penurunan kondisi sangat
berkurang setelah setahun transplan dilakukan. Sejumlah pasien JMLL dapat
mencapai kesembuhan total dan perlu melakukan pengobatan yang cukup lama
setelah transplan sumsum tulang yang kedua dilakukan, jadi terapi tambahan
harus selalu dipertimbangkan untuk anak-anak yang mengalami penurunan kondisi.
Transplantasi itu hanya efektif untuk leukemia,
kanker lifoma, kanker payudara, serta kanker sumsum tulang
belakang. Sumsum tulang adalah jaringan mirip spons dalam tulang. Menurut situs
The Cleveland Clinic Health Information Center, sumsum tulang dari tulang
rusuk, tengkorak, tulang pinggul, dan tulang belakang mengandung sel induk yang
memproduksi sel darah yang diperlukan tubuh; yaitu sel darah merah yang
dibutuhkan untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh, sel darah putih yang merupakan
bagian dari sistem kekebalan tubuh, serta keping darah yang membantu membekukan
darah jika terjadi luka.
Sumsum tulang selain diambil dari tubuh sendiri
(autologus), juga bisa diambil dari donor yang cocok (alogenik). Pada penderita
kanker, misalnya leukemia, sel induknya memproduksi sel darah yang merusak
secara berlebihan. Untuk mengeliminasi kanker, penderita diberi kemoterapi atau
radioterapi dosis tinggi. Namun, terapi itu juga merusak sel normal dalam
sumsum tulang. Oleh karena itu, setelah kemoterapi atau radioterapi, sel induk
dari sumsum tulang ditransplantasikan untuk memulihkan fungsi tubuh.
Transplantasi dilakukan dengan memasukkan sumsum
tulang berbentuk darah yang kental dan berwarna gelap lewat pembuluh darah.
Sumsum tulang akan masuk ke dalam tulang dan memproduksi sel darah setelah
beberapa minggu. Transplantasi sumsum tulang ada dua jenis yaitu alogenik dan
autologus. Bila sumsum tulang diambil dari donor disebut alogenik, sedangkan
bila menggunakan sumsum tulang penderita sendiri disebut autologus.
Transplantasi sel struktur penyokong
(disebut juga transplantasi sumsum tulang)
Satu-satunya perawatan yang mampu menyembuhkan
dalam JMML adalah transplantasi sumsum tulang, dengan angka kemungkinan hidup
50%. Resiko kambuh setelah transplantasi juga tinggi, dan tercatat setinggi
50%. Secara umum, peneliti klinis JMML menganjurkan bahwa pasien menjadwalkan
transplantasi sumsum tulang secepatnya setelah didiagnosa. Semakin muda usianya
saat melakukan transplantasi diprediksikan hasilnya akan lebih baik.
by :Rizqika Sumarwati
email :Rizqika111@gmail.com
blog :rizqika1111.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar